Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Kremlin sedang menyusun larangan impor bagi perusahaan energi Rusia, dengan aturan tersebut nantinya negara barat yang memberlakukan batasan harga pada minyak Rusia tak akan lagi mendapatkan pasokan impor.
Kebijakan ini dibuat sebagai bentuk balasan atas sanksi pembatasan harga jual minyak Rusia sebesar 65 dolar AS hingga 75 dolar AS per barel yang digagas oleh kelompok G7 termasuk Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat.
Negara yang tergabung dalam G7 diketahui sepakat untuk menerapkan pembatasan harga pada minyak mentah Rusia yang diekspor ke pasar global, melalui aturan tersebut Rusia tidak dapat menjual minyak mentahnya diluar harga yang telah ditetapkan oleh G7 dan sekutunya.
Baca juga: Rusia Ancam Hentikan Pasok Minyak ke Pendukung Sanksi Pembatasan Harga
Apabila Rusia tak mengikuti aturan tersebut maka Moskow tak dapat mengakses perusahaan pengapalan, yang menangani kargo minyak. Usulan pembatasan harga diambil dengan maksud untuk untuk mengurangi kemampuan Moscow mendanai armada perangnya di Ukraina. Tanpa harus menyebabkan gangguan harga energi yang lebih tinggi pada pasar minyak global.
Meskipun pemerintah Uni Eropa hingga kini belum menyepakati keputusan sanksi yang ditetapkan G7, namun pembatasan harga minyak yang akan disahkan pada 5 Desember mendatang telah memicu amarah Putin.
Hingga akhirnya Rusia kembali memberlakukan pengetatan impor, dengan mengurangi jumlah pasokan energi terutama produk minyak mentah pada pasar Eropa.
“Keputusan tersebut akan melarang Rusia untuk melakukan bisnis dalam kontrak minyak mentah dengan perusahaan dan negara yang bergabung dengan mekanisme batas harga,” jelas sumber kepercayaan Bloomberg.
Rencananya usai semua pejabat Kremlin menyetujui aturan ini, Rusia akan mengalokasikan semua pasokan minyaknya ke kawasan Asia. Mengingat sejumlah negara di Asia kini mulai jadi pelanggan setia minyak Rusia.
Seperti India dan China yang muncul sebagai pembeli tunggal terbesar atas minyak Rusia sejak konflik dimulai pada Februari lalu. Langkah ini juga disusul oleh Malaysia yang dilaporkan telah membeli minyak Rusia sejak Agustus 2022 dengan nilai transaksinya mencapai Rp 39 triliun.
erta Singapura yang ikut mengimpor minyak dari Rusia, dengan nilai transaksi Rp 17 triliun. Berkat pembelian ini Rusia bahkan dapat mengantongi pendapatan sekitar 233,9 miliar euro atau Rp 3,8 kuadriliun (kurs Rp16.322 per euro).