Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Harga minyak berjangka jatuh lebih dari 2 dolar AS per barel pada perdagangan hari ini, Senin (28/11/2022), akibat protes di China atas pembatasan ketat Covid-19 yang memicu kekhawatiran akan turunnya permintaan bahan bakar.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 2,16 dolar AS atau 2,6 persen, dan diperdagangkan pada 81,47 dolar AS per barel pada pukul 02.30 GMT.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,08 dolar AS, atau 2,7 persen, menjadi 74,20 dolar AS per barel.
Brent dan WTI, yang mencapai posisi terendah dalam 10 bulan terakhir pada minggu lalu, telah membukukan tiga penurunan mingguan berturut-turut. Brent mengakhiri perdagangan pada pekan lalu dengan penurunan 4,6 persen, sementara WTI turun 4,7 persen.
"Di atas kekhawatiran yang berkembang tentang permintaan bahan bakar yang lebih lemah di China karena lonjakan kasus Covid-19, ketidakpastian politik, yang disebabkan oleh protes yang jarang terjadi atas pembatasan Covid yang ketat oleh pemerintah di Shanghai, mendorong penjualan," kata manajer umum penelitian di Nissan Securities, Hiroyuki Kikukawa.
Kisaran perdagangan WTI diperkirakan turun menjadi 70 dolar AS sampai 75 dolar AS, kata Kikukawa seraya menambahkan, pasar bahan bakar dapat tetap bergejolak tergantung pada hasil pertemuan OPEC+ dan pembatasan harga minyak Rusia.
China, importir minyak utama dunia, tetap berpegang pada kebijakan nol-Covid Presiden Xi Jinping bahkan ketika sebagian besar negara di dunia telah mencabut sebagian besar pembatasan.
Baca juga: Aksi Protes Lockdown di China Picu Kemerosotan Harga Minyak Mentah 2 Dolar Per Barel
Ratusan pengunjuk rasa dan polisi bentrok di Shanghai pada Minggu (17/11/2022) malam, ketika protes atas pembatasan Covid yang ketat di China meletus untuk hari ketiga dan menyebar ke beberapa kota setelah kebakaran mematikan terjadi di wilayah Xinjiang, yang menewaskan sekitar 10 orang.
Gelombang protes, yang belum pernah terjadi sebelumnya di China daratan sejak Xi mengambil alih kekuasaan pada satu dekade lalu, datang ketika rasa frustrasi penduduk China meningkat atas kebijakan nol-Covid yang hampir memasuki tiga tahun penerapan.
Baca juga: Aksi Protes Tentang Kebijakan Pembatasan Covid-19 China Makin Luas, Massa: Cabut Lockdown
"Sentimen bearish tumbuh di pasar minyak dengan meningkatnya kekhawatiran atas permintaan di China dan kurangnya tanda yang jelas dari produsen minyak untuk memangkas produksi lebih lanjut," kata CEO Emori Fund Management Inc, Tetsu Emori.
"Kecuali OPEC+ menyetujui pengurangan kuota produksi lebih lanjut atau Amerika Serikat bergerak untuk mengisi kembali cadangan minyak strategisnya, harga minyak mungkin akan turun lebih jauh," sambungnya.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan mengadakan pertemuan pada 4 Desember 2022.
Baca juga: China Dilanda Gelombang Protes Massal, Tolak Lockdown yang Diperluas
Pada Oktober, OPEC+ setuju untuk mengurangi target produksinya sebesar 2 juta barel per hari hingga tahun depan.
Pertemuan OPEC+ berikutnya akan mempertimbangkan kondisi dan keseimbangan pasar, menurut keterangan kantor berita negara Irak mengutip seorang pejabat senior di pemasar minyak Baghdad SOMO, Saadoun Mohsen pada Sabtu (26/11/2022).
Investor di pasar bahan bakar juga fokus pada rencana Barat untuk membatasi harga minyak Rusia.
Para diplomat Group of Seven (G7) dan Uni Eropa telah mendiskusikan batasan harga minyak Rusia antara 65 dolar AS dan 70 dolar AS per barel, dengan tujuan membatasi pendapatan Moskow yang digunakan untuk mendanai serangan militernya ke Ukraina tanpa mengganggu pasar minyak global.
Namun pertemuan perwakilan pemerintah Uni Eropa, yang dijadwalkan pada 25 November malam untuk membahas masalah tersebut, telah dibatalkan, kata seorang diplomat Uni Eropa.
Pada Kamis (24/11/2022), pemerintah UE terpecah saat membahas tingkat batas harga minyak Rusia.
Batas harga tersebut akan mulai berlaku pada 5 Desember ketika larangan UE terhadap minyak mentah Rusia dimulai.