Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Lembaga ekonomi Ifo Institute mengatakan resesi di Jerman akan lebih ringan dari yang diperkirakan sebelumnya.
Ekonomi Jerman diproyeksi akan berkontraksi sebesar 0,1 persen pada 2023, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu 0,3 persen, menurut laporan Ifo pada Rabu (14/12/2022).
Lembaga penelitian yang berbasis di Munich, Jerman menambahkan, perekonomian Berlin diperkirakan tumbuh sebesar 1,8 persen pada 2022, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,6 persen.
Baca juga: Sambut Penurunan Inflasi di Amerika, Saham Asia Melesat Pimpin Kenaikan di Bursa Wall Street
Inflasi di Jerman diperkirakan akan mencapai 7,8 persen pada tahun ini, 6,4 persen pada tahun depan, dan 2,8 persen pada 2024, kata Ifo.
"Dalam dua kuartal paruh musim dingin 2022/23, produk domestik bruto menyusut, tapi kemudian naik lagi," kata head of forecasts Ifo, Timo Wollmershaeuser, seperti yang dilansir dari Reuters.
Sebanyak 14.700 Perusahaan di Jerman Diprediksi Bangkrut
Lembaga pelaporan kredit, Creditreform, memperkirakan sekitar 14.700 perusahaan di Jerman akan mengalami kebangkrutan pada akhir tahun ini.
Jumlah tersebut sekitar 4 persen lebih banyak dibandingkan pada 2021, menurut perhitungan Creditreform.
"Inflasi yang terus-menerus, kenaikan suku bunga dan biaya energi, serta situasi persaingan yang semakin ketat berdampak pada banyak perusahaan," kata kepala penelitian ekonomi di Creditreform, Patrik-Ludwig Hantzsch, pada Selasa (13/12/2022).
Seperti banyak pakar lainnya, Creditreform memprediksi peningkatan lebih lanjut dalam kebangkrutan perusahaan di tahun depan.
Baca juga: Inflasi AS Bulan November 2022 Melambat, Sentuh 7.1 Persen YoY
"Peningkatan dari 2021 hingga 2022 adalah moderat, kata Hantzsch, tetapi kemungkinan hanya merupakan awal dari percepatan lebih lanjut dalam aktivitas kebangkrutan," tambah Hantzsch, yang dikutip dari Anadolu Agency.
Pada tahun 2021 saat pandemi Covid-19 melanda, terdapat 13.993 kasus kebangkrutan perusahaan di Jerman.
Untuk menghindari gelombang kebangkrutan dan perusahaan yang gagal bayar utang akibat pandemi, pemerintah Jerman memberikan keringanan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.