News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gelar Rights Issue, BSI Dinilai Punya Modal Penuh untuk Ekspansi Bisnis

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bank Syariah Indonesia. kondisi pembiayaan syariah diperkirakan tidak akan banyak terdampak oleh resesi global yang bisa mempengaruhi perlambatan ekonomi Tanah Air tahun depan. Menurutnya Indonesia diuntungkan oleh tingginya harga barang-barang komoditas sehingga membantu pulihnya ekonomi seiring meredanya pandemi Covid-19.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penerbitan saham baru atau rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) diyakini akan menjadi bahan bakar perusahaan untuk menggenjot pembiayaan pada masa mendatang.

Aksi korporasi tersebut dinilai akan menjaga kinerja BSI dengan baik ke depannya, di tengah pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi melambat pada 2023.

Seperti diketahui, rencana aksi penambahan modal melalui skema rights issue BSI tengah memasuki tahapan baru. Dalam prospektus yang diterbitkan pada Rabu (7/12/2022), BSI merencanakan untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya sebesar 4,99 miliar Saham Baru Seri B, dengan nilai nominal Rp 500 setiap saham. Harga pelaksanaan PMHMETD I atau rights issue BRIS sebesar Rp 1.000 per unit saham.

Baca juga: Ukir Prestasi Lagi, BSI Dinobatkan Sebagai The Strongest Islamic Retail Bank oleh CIIF

Dalam prospektus, BSI menyatakan seluruh dana hasil PMHMETD I, setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi yang menjadi kewajiban Perseroan, akan digunakan untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis Perseroan.

Peneliti ekonomi syariah dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan aset dan modal merupakan bensin bank untuk melaju kencang. Apabila bank memiliki modal yang kecil, maka ruang gerak inovasinya terbatas.

“Ruang gerak produk yang bisa ditawarkan jadi terbatas,” katanya, baru-baru ini.

Fauziah melanjutkan, dari sisi permintaan bank syariah memiliki untapped market yang terbilang besar. Selain itu bonus demografi usia produktif, likuiditas golongan menengah ke atas, dan gaya hidup halal akan menjadi stimulus positif bagi kinerja bank syariah.

“Dari sisi supply, BSI sebagai bank syariah terbesar juga semakin agresif memasarkan produk dan jasa perbankannya,” tutur Fauziah.

Tingginya pasar yang belum tergarap perbankan syariah tersebut tercermin dalam indeks inklusi keuangan syariah yang belum lama ini dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Meskipun naik dari 9,1 persen pada 2019 menjadi 12,12 persen pada 2022, akses masyarakat terhadap produk finansial berbasis syariah masih jauh tertinggal.

Baca juga: BSI Borong 6 Penghargaan, Salah Satunya sebagai Bank Teraktif Dalam Praktik Green Banking

Sebagai gambaran, secara total industri, inklusi keuangan tahun 2022 mencapai 85,1 persen. Artinya sudah sebagian besar masyarakat di Indonesia memiliki akses terhadap layanan keuangan konvensional.

Selain pasar yang belum tergarap, BSI juga memiliki keunggulan sebagai bank syariah terbesar dari segi aset dan jaringan. Hingga September 2022, bank hasil gabungan anak usaha Bank Mandiri, BNI, dan BRI ini memiliki total aset senilai Rp 280 triliun, jauh di atas bank syariah lainnya.

Terpisah, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa kondisi pembiayaan syariah diperkirakan tidak akan banyak terdampak oleh resesi global yang bisa mempengaruhi perlambatan ekonomi Tanah Air tahun depan. Menurutnya Indonesia diuntungkan oleh tingginya harga barang-barang komoditas sehingga membantu pulihnya ekonomi seiring meredanya pandemi Covid-19.

Dengan kondisi tersebut, Piter memprediksi permintaan terhadap pembiayaan bank syariah akan tumbuh secara berkelanjutan pada tahun depan. “Seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan kreditnya lebih tinggi,” ujarnya menegaskan.

Sementara itu, pada tahun ini bank syariah telah membuktikan ketangguhannya dengan mesin pembiayaan yang tumbuh di atas rata-rata industri. Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan pembiayaan bank syariah mencapai 19,0 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga September 2022. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan yang hanya naik 11,0 persen yoy pada periode yang sama.

Dengan rencana strategis berupa aksi korporasi rights issue BSI dan terbukti perbankan syariah lebih tangguh menghadapi dampak dari krisis keuangan global, hal itu pun dinilai akan menarik dana asing masuk ke pasar modal Indonesia.

Belum lama ini dalam keterangan resminya Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip mengungkapkan bahwa ada sekitar 14-15 perusahaan yang akan IPO dan right issue pada akhir tahun ini, di antaranya BSI (BRIS) yang akan melakukan rights issue.

"Beberapa 'Big Name' seperti BTN dan BSI akan melantai di bursa menjelang tutup tahun 2022. Ini punya potensi untuk menarik inflow (dana asing) dari luar negeri," kata Sunarsip menekankan.

Dia pun menilai bank yang memiliki modal di atas Rp 16 triliun seperti BSI dalam aktivitas pasar modal sangat penting. Hal ini akan menstimulus sikap confidence investor asing terhadap pasar modal dan pasar keuangan Indonesia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini