Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Lewat pengumuman yang disampaikan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, Moskow resmi memangkas produksi minyak mentahnya sebesar 5 persen hingga 7 persen atau sekitar 500.000 - 700.000 barel per hari mulai awal 2023.
Kebijakan tersebut diambil negara dengan julukan beruang merah ini sebagai bentuk balasan sanksi atas pembatasan harga ekspor minyak mentah yang diterapkan Barat serta Kelompok negara tujuh (G7).
Dibawah sanksi kelompok G7, perusahaan pengapalan hingga layanan asuransi di seluruh dunia khususnya di wilayah Uni Eropa yang menangani kargo minyak mentah Rusia dilarang untuk beroperasi, apabila menolak batas harga yang diusulkan sebesar 60 dolar AS Rp 925 ribu per barel (satuan kurs Rp 15.597.
Baca juga: Efek Sanksi Barat, Pendapatan Minyak Rusia Susut ke Level Terendah
Alasan ini yang kemudian membuat Putin geram hingga akhirnya Rusia resmi menerapkan pemangkasan ekspor minyak ke pasar global.
“Kami siap untuk memotong sekitar 5 persen hingga 6 persen dari apa yang sekarang dipompa Rusia, mulai awal tahun depan,” jelas Novak dalam wawancara di TV Rossiya-24 pada Jumat (23/12/2022).
Dengan kebijakan baru ini Novak menjelaskan bahwa output ekspor minyak yang akan diproduksi negaranya pada Januari mendatang akan dipangkas lebih kecil dari jumlah pasokan di kuartal sebelumnya.
Adapun menurut data dan perhitungan Bloomberg, output produksi minyak mentah Rusia dalam setahun bisa mencapai 535 juta ton, atau setara dengan 10,74 juta barel per hari berdasarkan rasio 7,33 barel per ton.
Baca juga: Sanksi Barat Berisiko Pangkas Ekspor Minyak Baltik Rusia Hingga 20 Persen
Bahkan sebelum kebijakan pemangkasan yang diterapkan Putin berlaku, output harian rata-rata produksi minyak Rusia pada bulan November mencapai rekor tertinggi selama invasi yakni berada di kisaran 10,9 juta barel.
Akan tetapi setelah kelompok G7 yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat menerapkan sanksi pembatasan harga, jumlah minyak yang akan diekspor Moskow ke pasar global susut 54 persen atau sekitar 1,6 juta barel per hari hanya dalam kurun waktu sepekan.
Dengan pemangkasan tersebut Putin berharap agar kebijakannya dapat memperketat pergerakan pasar minyak global. Sehingga harga minyak yang dipasarkan dunia melonjak dan memperparah kondisi inflasi negara- negara anggota G7.
Sebelum menerapkan pemangkasan, Mikhail Ulyanov, duta besar Rusia untuk organisasi internasional mengumumkan bahwa mulai tahun ini negaranya akan memutus kontrak penjualan minyak di Eropa.
Meski nantinya jumlah ekspor minyak Rusia ke Eropa menyusutnamun rencananya untuk memacu pendapatan, Rusia akan mengalokasikan semua pasokan minyaknya ke kawasan Asia.
Baca juga: Panglima Rusia Sebut Situasi Garis Depan Mulai Stabil, Alihkan Fokus ke Donetsk
Mengingat sejumlah negara di Asia kini mulai jadi pelanggan setia minyak Rusia. Seperti India dan China yang muncul sebagai pembeli tunggal terbesar atas minyak Rusia sejak konflik dimulai pada Februari lalu.