Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Layanan perbankan internasional milik pemerintah Rusia, Sberbank resmi menutup cabangnya yang ada di Uni Emirat Arab (UEA) pada awal tahun depan.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Pertama Sberbank Alexander Vedyakhin pada hari Senin (26/12/2022), penutupan ini dilakukan usai Sberbank masuk ke daftar entitas Rusia yang dikenai sanksi atas serang militer Putin ke Ukraina.
“Sayangnya, dalam konteks pembatasan sanksi, kami menghadapi kendala serius di kantor SberInvest Middle East kami di Abu Dhabi dan, sayangnya kami terpa
Baca juga: Uni Eropa Tambahkan Sanksi untuk Rusia, Embargo Emas hingga Bekukan Aset Sberbank
ksa menutupnya pada kuartal pertama 2023,” kata Vedyakhin dalam wawancaranya dengan Reuters.
Operasi militer yang dilakukan presiden Vladimir Putin pada Ukraina sejak 24 Februari lalu, membuat sejumlah negara Barat termasuk Uni Eropa dan Amerika geram hingga mereka kompak menjatuhkan beberapa paket sanksi pada Rusia.
Salah satunya dengan memblokir Sberbank dari sistem pembayaran SWIFT internasional, dengan sanksi ini Sberbank tak dapat lagi melayani pengiriman uang antar negara.
Tak hanya itu miliaran dolar aset yang dimiliki anak perusahaan Sberbank yang tersebar di sejumlah negara juga ikut dibekukan, hingga mengalami krisis likuiditas lantaran layanan keuangan asal Rusia ini terus menghadapi arus keluar besar-besaran ditengah penurunan pendapatan.
Tekanan ini yang kemudian mendorong Sberbank untuk mencabut beberapa layanan operasinya yang dianggap tidak menguntungkan, sebelum hengkang dari UEA Sberbank pada Maret lalu dilaporkan telah keluar dari seluruh negara di Eropa. Setelah sebelumnya Sberbank mencetakan pendapatan fantastis sebesar 14,4 miliar dolar AS.
Namun usai Barat membatasi aktivitas bank Sberbank laporan kuartal bank asal Rusia ini terus mengalami penurunan, hingga kerugiannya tembus 84,8 persen sepanjang Januari hingga November 2022.
Meski tengah mengalami pukulan hebat, rencananya Sberbank akan memperluas mitranya dengan membuka cabang di China agar dapat melayani klien di pasar global.
Baca juga: Inggris Membekukan Aset Sberbank dalam Putaran Baru Sanksi Rusia
“Saya berharap pada akhir tahun 2023 kami dapat membuka cabang di China, biasanya ini membutuhkan waktu 1-1/2 hingga 2 tahun,” kata Vedyakhin.
Dengan cara ini Sberbank yakin basis klien korporat di layanan keuangannya dapat kembali tumbuh sebanyak 3 persen sementara portofolio pinjaman korporatnya naik 13,5 persen menjadi 263,35 miliar dolar AS, selama akhir Desember.
Lebih lanjut Vedyakhin memproyeksikan apabila portofolio pinjaman korporasi Rusia secara keseluruhan akan tumbuh 12 hingga 14 persen pada 2023. Sehingga Sberbank dapat mengembalikan kerugian di kuartal sebelumnya.