TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebakaran yang terjadi di Smelter nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, menjadi catatan buruk dalam hilirisasi mineral di Indonesia.
Menurut Anggota Komisi VII DPR RI Yulian Gunhar proses pembangunan smelter yang terjadi seiring proses hilirisasi mineral harus dievaluasi terkait keamanan.
"Kebakaran di smelter di Morowali itu harus dijadikan catatan, bahwa pemerintah jangan hanya mengejar keunrungan hilirisasi mineral, namun juga perlu kajian mendalam terkait perizinan dan persyaratan pembangunan smelter, yang aman," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (30/12/2022).
Baca juga: Yulian Gunhar: Power Wheeling Adalah Liberalisasi PLN dalam RUU EBET
Gunhar pun menyesalkan sikap Kementerian ESDM yang terkesan lepas tangan terhadap kejadian kebakaran smelter milik PT GNI, dengan melempar tangnggung jawab atas pengawasan smelter berada di pihak Kemenperin.
"Bagaimanapun juga sebagai kementerian yang menangani pertambangan dan mineral, ESDM harusnya juga bertanggungjawab terhadap faktor keamanan dalam proses hilirisasi mineral," tegasnya.
Dalam kasus ini, Komisi VII DPR akan segera melakukan kunjungan ke lokasi kejadian untuk melihat secara utuh terkait penyebab kebakaran, smelter agar dapat segera diinvestigasi.
Bahkan legislator PDI Perjuangan itu menegaskan perlunya dibentuk Panitia Kerja (Panja) untuk menyelidiki kebakaran di smelter nikel milik PT GNI.
"Melalui panja semua akan terjawab apa yang menyebabkan semelter Morowali bisa meledak. Akan terungkap seterang-terangnya jika ada unsur teknis yang menjadi penyebab musibah yang menelan korban jiwa tersebut," katanya.
Baca juga: Anggota Komisi VII DPR Yulian Gunhar: Tolak Program Bagi-bagi Kompor Listrik!
Diberitakan, smelter nikel milik PT GNI merupakan smelter yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2021.
Smelter itu memiliki kapasitas produksi 1,8 juta ton per tahun yang akan mendongkrak nilai tambah nikel.