Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pengelola Gas Methane, Karti (42) mengungkapkan, keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar di Balikpapan, Kalimantan Timur, menguntungkan masyarakat.
Menurutnya, tumpukan sampah yang berasal dari seluruh Kota Balikpapan itu, mampu diubah menjadi energi baru terbarukan (EBT) sebagai bahan bakar yakni gas Methane.
Karti memaparkan, awalnya masyarakat geram dengan bau yang menyengat dari 420 ton sampah yang datang setiap harinya di TPAS Manggar.
Namun, hal tersebut kian berubah sejak adanya program Desa Energi Berdikari (DEB) Pertamina Waste to Energy for Community (Wasteco) yang dijalankan Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
"Sekarang adanya sampah senang, karena itu bisa kita manfaatkan untuk gas Methane. Dari dulunya kita benci sampah sekarang malah senang ada sampah, dapet manfaatnya, dapat tabungannya," ujar Karti, Jumat (30/12/2022).
Terlebih, harga gas Methane yang dikelola TPAS Manggar dinilai lebih ekonomis dibanding dengan penggunaan gas liquefied petroleum gas (LPG).
"Dengan adanya gas Methane ini, enggak dapat dampaknya saja. Tapi juga dapet manfaatnya. Seharusnya kita pengeluaran gas LPG Rp 35.000 kali 4 per bulan, sekarang pakai gas Methane cuman Rp. 10.000," tuturnya.
Karti mengaku, adanya pengelolaan gas Methan membuat masyarakat lebih peduli terhadap pemeliharaan sampah rumahan.
Baca juga: Hingga November, Pertamina Patra Niaga Tuntaskan Penyaluran Konversi LPG untuk Nelayan dan Petani
"Kita ada bank sampah, masyarakat sudah bisa memilah sampah, misal sampah kertas, plastik, sampah organik. Jadi tabungannya (sampah kertas dan plastik) dari bank sampah tadi di jual, terus yang sampah organik bisa buat gas Methane," tegas dia.
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar mengubah tumpukan sampah rumahan menjadi gas Methane untuk memasak bagi masyarakat di Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Baca juga: PLN Batalkan Program Konversi Kompor LPG 3 Kg ke Listrik, Ini Alasanya
Staf TPAS Manggar, Yono mengatakan program tersebut telah dimulai sejak 2018 lalu atau sudah berjalan selama lima tahun. Kata dia, saat ini sebanyak 304 Kepala Keluarga (KK) yang sudah tergabung dalam penggunaan gas Methane.
"Ada kenaikan pengguna secara bertahap, di tahun 2018 ada 18 masyarakat, tahun 2019 naik 41 KK, 2020 jadi 70 KK, kemudian di tahun 2021 naik 100 KK dan sekarang 2022 304 KK," ujar Yono saat ditemui di lokasi, Jum'at (30/12/2022).
"Saya bersyukur, yang pertama mendapat bantuan (dari PHM), kedua dampak terhadap lingkungan, ketiga edukasi dan keempat sebagai wisata. Edukasi ketika ada anak sekolah atau mahasiswa untuk belajar pengolahan sampah, itu edukasi," sambungnya.
Pengolahan sampah jadi energi merupakan program Desa Energi Berdikari (DEB) Pertamina Waste to Energy for Community (Wasteco) yang dijalankan Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sebagai bagian dari Zona 8 Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina.
Program ini juga menjadi bagian inisiatif Desa Berdikari Pertamina untuk mendukung ketersediaan akses energi yang lebih terjangkau, dapat diandalkan dan berkelanjutan sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT) bagi masyarakat.