News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Smelter Freeport di Gresik Siap Beroperasi Mei 2024, Beri Kontribusi Berlipat kepada Negara

Penulis: Dahlan Dahi
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses pembangunan proyek Smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur. Smelter Freeport di Gresik siap beroperasi pada Mei 2024 dan akan memberikan kontribusi ke negara berlipat-lipat.

GRESIK, TRIBUNNEWS.COM - 20 Oktober 2024 adalah hari terakhir Joko Widodo atau Jokowi sebagai Presiden RI.

Seperti penyelenggara pemilu yang berpacu dengan waktu dan berdisiplin menyelenggarakan tahapan pemilu, begitu pula PT Freeport Indonesia dalam mengelola proyek prestisius, Smelter Freeport, di Gresik, Jawa Timur.

Pada 12 Oktober 2021, Jokowi menekan tombol tanda dimulainya pembangunan proyek raksasa senilai Rp 42 triliun (lebih banyak dari target pendapatan Jatim pada APBD 2023) di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate atau JIIPE Gresik.

JIIPE mengintegrasikan pabrik, perumahan, dan pelabuhan. Letaknya di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sekitar 1,5 jam dengan mobil dari Bandara Juanda, Sidoarjo.

"Kami harapkan proyek smelter tembaga design single line terbesar di dunia ini beroperasi pada Mei 2024," kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas, di lokasi proyek kepada sejumlah wartawan, termasuk Tribunnews.com, Jumat (13/01/2022).

Baca juga: Menko Perekonomian Sebut Pembangunan Smelter Freeport Gresik Jadi Sejarah Indonesia

Mei artinya lima bulan sebelum Jokowi mengakhiri tugas 10 tahun sebagai presiden.

Tony Wenas menjadi orang nomor satu di perusahaan tambang terbesar di dunia itu tahun 2018.

Tahun itu adalah akhir periode pertama Presiden Jokowi dan tahun dimulai proses divestasi saham Freeport.

Saat ini, pemerintah Indonesia melalui PT Inalun (sekarang MIND ID) menguasai 51,23 persen saham PT Freeport Indonesia.

Pemerintah daerah Papua mendapatkan porsi 10 persen.

Smelter dan perubahan komposisi saham memberi dua pesan penting.

Pertama, proses pengolahan produk Freeport Indonesia berupa emas, tembaga, perak dan platinum serta bahan lainnya telah 100 persen diolah di Indonesia --pertama kali sejak perusahaan yang dikenal sebagai tambang emas itu beroperasi di Tembaga Pura, Mimika, Papua, tahun 1967.

Kedua, kontribusi Freeport Indonesia ke kas negara dalam bentuk deviden tumbuh berkali-kali lipat dari sebelumnya.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas menunjukkan pembangunan proyek Smelter di Gresik. (ISTIMEWA)

Baca juga: Tiba di Gresik, Hari Ini Jokowi Groundbreaking Pabrik Smelter Milik Freeport

Sejak menguasai saham 51 persen, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, setoran PTFI ke kas pemerintah telah mencapai 5,8 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 90,81 triliun (asumsi kurs Rp15.657 per dolar AS).

Angka itu sudah lebih besar dari 3,8 miliar dolar AS --harga mengakuisisi saham mayoritas Freeport Indonesia.

Itu belum termasuk penerimaan negara dalam bentuk pajak dan bantuan Freeport Indonesia untuk kegiatan sosial di Papua.

Itulah mengapa proyek Smelter di Gresik memiliki makna khusus bagi Jokowi maupun Tony Wenas.

Smelter Gresik

Proses pembangunan proyek Smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur. (ISTIMEWA\)

Berdiri di atas lahan 100 hektare di tepi pantai Gresik (di depannya terlihat Pulau Madura), smelter yang dibangun PT Freeport Indonesia masuk kawasan JIIPE, kawasan yang dikelola oleh PT Angkasa Pura dan perusahaan swasta.

Di kawasan ini ada kawasan industri yang dikelola PT Maspion, ada pabrik Sari Roti, dan ada pabrik kimia.

JIIPE menarik karena langsung terhubung dengan pelabuhan laut dalam, dekat Tanjung Perak, Surabaya.

Freeport telah mengoperasikan kantor proyek. Cukup luas, ada musala, ruang kerja, dan ruang meeting yang sejuk.

Di lobi ada jam dinding, memperlihatkan waktu Jakarta, Tokyo, dan Phoenix.

Kenapa Tokyo? "Ada beberapa pekerja dari Jepang," kata seorang pegawai. Tribunnews juga menyaksikan segelintir orang bule.

Phoenix? Itulah adalah nama kota di Arizona, Amerika Serikat, kantor pusat Freeport McMoran.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Industri Smelter, Linde Perluas Kapasitas Pabrik Oksigen di Jawa Timur

Overall, sekitar 40 ribu orang pekerja terlibat di proyek tersebut, kata Tony Wenas. Sebagian besar tentu saja dari Indonesia, juga dari Gresik dan Surabaya.

Pekerjaannya sangat masif, mulai pengerukan lahan (biayanya lebih Rp 1 triliun, termasuk menimbun material tanah setinggi tiga meter), pembangunan jalan, jembatan, gedung, dan pabrik. 

Sejumlah gedung sedang dikerjakan simultan saat ini. Sebanyak 17.434 tiang pancang diperlukan.

Sebagian besar sudah terpasang. Gedung-gedung dibangun dengan kontruksi baja.

Saat Tribunnews dan sejumlah pemimpin media massa di sana bersama Tony Wenas, pekerja tampak sibuk di tengah cuaca panas menyengat 31 derajat Celcius.

Bangunan, fasilitas, dan infrastuktur --termasuk pembangkit listrik dan pemurnian air laut-- dibangun bersamaan.

Sederhananya bayangkan seperti ini: puluhan bangunan 'tiba-tiba' kelar seketika sebelum akhir Mei tahun depan, listrik menerangi gedung, jalan, dan kawasan Smelter Freeport.

Smelter Gresik itu akan tampak seperti kota baru yang terang benderang di malam hari.

Tentang Smelter

Proses pembangunan proyek Smelter Freeport di Gresik

Smelter adalah istilah pertambangan

Secara teknis, smelter merupakan fasilitas peleburan dan pemurnian konsentrat.  

Sederhananya, smelter adalah tempat mengolah, memproses, bahan tambang sebelum menjadi barang siap jual seperti emas, perak, dan platinum.

Bahan tambang itu disebut konsentrat, bahan berbentuk pasir olahan dari batuan tambang (ore), yang mengandung tembaga, emas, perak, dan platinum.

Karena tempat mengolah, tentu ada mesinnya, ada proses input dan ada proses ouput --mesin pengolahan inilah yang investasinya mahal, mesin buatan Finlandia semi-otomatis.

Bahan tembaga yang mengadung tembaga, emas, perak, dan platinum dikirim dari Pelabuhan Timika, Papua. Ini tempat penampungan hasil tambang mentah milik Freeport yang dibawa dari lokasi Tambang Grasberg, Distrik Tembagapura, Mimika.

Dari Timika diangkut dengan kapal, butuh waktu sekitar sepekan sebelum sampai di Gresik.

Jika proyek ini sudah beroperasi komersial akhir 2024, maka bahan tambang Freeport tidak akan lagi dikirim dan diolah di Jepang.

Proyek Smelter Gresik

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas (ISTIMEWA)

Secara keseluruhan, kata Tony Wenas, proyek ini telah rampung 51,7 persen. Biaya yang sudah diserap sekitar Rp 25 triliun dari total anggaran Rp 42 triliun.

Kelak, bila sudah berproduksi komersial, Smelter Gresik akan mengolah konsentrat 1,7 juta dmt per tahun --untuk melengkapi smelter Freeport sebelumnya, juga di Gresik, yang kemampuannya hanya 300 ribu.

Smelter lama pun akan ditingkatkan kapasitasnya dari 300 ribu menjadi 1,3 juta.

Dua smelter itu diproyeksikan bisa mengolah konsentrat 3 juta dmt per tahun.

Selain memproses emas, perak, dan platinum, 'sisa-sisa' bahan olahan akan menghasilkan asam sulfat (dibeli PT Petrokimia Gresik) serta terak tembaga dan gipsum (dibeli PT Semen Indonesia).

Emas Freeport, antara lain, dipasok ke PT Antam.

Smelter, kata Tony Wenas, juga akan memproses tembaga, salah satu bahan baku penting mobil listrik.

Menurut Tony, mobil listrik membutuhkan tembaga empat kali lebih banyak daripada mobil konvensional.

"Enam belas bulan dari sekarang, Smelter Gresik akan beroperasi," kata Tony Wenas. 

Ini akan menandai babak baru PT Freeport Indonesia, perusahaan asing yang "dinasionalisasi" dengan kepemilikan saham mayoritas pemerintah, yang mengolah bahan bakunya 100 persen di dalam negeri, dan memberikan kontribusi ke negara berlipat-lipat.

Jokowi tentu akan senang mengakhiri masa jabatan keduanya sebagai presiden dan meninggalkan Freeport dan Smelter Gresik sebagai salah satu legasi kepemimpinannya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini