News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pedagang Tempe Ngeluh Harga Kedelai Masih Tinggi Meski Sudah Ada Impor, Berharap Bisa Seperti Dulu

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Pengusaha tempe yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) masih terbilang tinggi, meski pemerintah sudah mendatangkan kedelai impor.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah telah mendatangkan kedelai impor sebanyak 56 ribu ton pada Minggu (15/1/2023) sebagai upaya menstabilkan harga kedelai di dalam negeri.

Namun, meski sudah ada impor, harga kedelai saat ini dinilai pedagang tempe yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) masih terbilang tinggi.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Hipmikindo Kabupaten Bekasi, Eko Parmono menyampaikan, pengusaha tempe berskala kecil dan menengah mengeluhkan harga kedelai yang terlampau tinggi.

Ia berharap, harga kedelai dapat kembali stabil seperti pada saat sebelum pandemi Covid-19 yaitu di level harga Rp8.000 sampai Rp9.000 per kg.

Baca juga: Kepala Badan Pangan Nasional: 55 Ribu Ton Kedelai Akan Tiba di Banten pada Akhir Pekan Ini

“Harapan dari mereka harga seperti yang dulu, artinya sampai Rp. 8.000 per kg. Kalaupun seumpamanya ada kenaikan, itu mereka berharap maksimal Rp9.000 per kg,” kata Eko dikutip dari Kontan, Jumat (20/1/2023).

Eko menyebut, tingginya harga kedelai membuat pengusaha tempe berskala kecil dan menengah kesulitan mengejar biaya produksi.

“Kalau yang kami tangkap dari teman-teman di lapangan, harga sekarang (kedelai) masih cenderung tinggi sehingga mereka tidak bisa mengejar biaya produksi dan menyebabkan daya jual mereka menurun,” katanya.

Dia menjelaskan, sebelum pandemi melanda, harga kedelai hanya berkisar Rp700.000 per kuintal. Namun, pada Agustus 2022 harga kedelai melonjak jadi Rp 1,4 juta per kuintal.

“Hari ini belanja bahan Rp 1,2 juta per kuintal, masih nggak ngejar biaya produksi,” sebutnya

Pada kesempatan yang sama, salah seorang pengusaha tempe, Siti Tohiroh bercerita, dia sempat gulung tikar karena tidak kuat lagi membeli bahan baku.

Ia mengaku terpaksa harus meminjam modal ke bank keliling dengan bunga yang sangat besar demi dapat produksi kembali.

Dia sangat berharap harga bahan baku kedelai bisa segera stabil agar para pengusaha tempe skala kecil dan menengah bisa mendapatkan keuntungan yang layak.

Sebab jika harga kedelai masih tinggi, maka pengusaha sepertinya kebingungan untuk mengambil langkah seperti apa.

Selain itu, Ia juga berharap ada keberpihakan negara untuk mereka (pengusaha tempe berskala kecil dan menengah) dari sisi modal dan alat produksi modern.

"Dikecilkan (ukuran tempe) enggak laku, digedein nggak dapat apa-apa,” ujar Siti.

Menanggapi naiknya harga, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan pihaknya mencatat semua aspirasi yang disampaikan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi sebagai pendamping pengusaha tempe berskala kecil dan menengah.

Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Jamin Harga Kedelai Akhir Tahun Ini Turun Jadi Rp11.000 per Kg, Minta Tak Demo

Pihaknya juga akan membahas lebih lanjut dengan mitra kerja di komisi IV. Terkait dengan ketersediaan kedelai di lapangan pihaknya juga akan memanggil Bulog untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Sementara untuk membantu keberlangsungan UMKM yang sempat gulung tikar, Ia menyarankan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi membuat koperasi yang menaungi pengusaha tempe berskala kecil dan menengah.

“Kami akan dukung dan damping bapak dan ibu mengakses Dana Bergulir untuk sektor Koperasi UMKM untuk membantu permodalan pengusaha tempe,” katanya. (Lailatul Anisah/Kontan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini