"Aspek keberlanjutan tidak hanya dipenuhi pada level perusahaan atau badan usaha, melainkan sampai ditingkat petani dengan pendampingan khusus yang melibatkan pemerintah daerah, perusahaan dan lembaga pendamping,” sambungnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor sebagai kunci mempercepat penerapan keberlanjutan di industri kelapa sawit.
Pihaknya memberikan contoh dari kolaborasi tersebut, saat RSPO mengembangkan program untuk smallholder trainer academy bagi petani-petani sawit.
Semangat yang sama juga ditunjukkan LTKL, di mana semua pemangku kepentingan diajak untuk saling memberikan dukungan dalam pencapaian target keberlanjutan dalam satu yurisdiksi kabupaten.
Terkait upaya lintas sektor untuk merespons sinyal praktik hijau pasar besar, World Resources Institute (WRI) Indonesia berkolaborasi dengan Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan (Fortasbi) dan pemangku kepentingan sawit lainnya telah menginisiasi multistakeholder workshop pada 9 November 2022.
Kegiatan tersebut diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan sawit yang terdiri dari pemerintah/regulator; pelaku usaha; pakar/akademisi dan lembaga sertifikasi; serta organisasi masyarakat sipil.
Supply Chain and Livelihood Transformation Senior Manager WRI Indonesia, Bukti Bagja mengatakan, forum multipihak ini diharapkan dapat menyinergikan upaya bersama para pemangku kepentingan industri sawit untuk menyiapkan sawit Indonesia ketika pasar-pasar besar sudah mulai mendorong praktik berkelanjutan di sektor sawit.
Menurutnya, hal ini penting dilakukan untuk menjaga hubungan perdagangan komoditas sawit Indonesia dengan pasarpasar ekspornya, sehingga dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Melalui diskusi yang interaktif ini, forum tersebut telah menghasilkan rekomendasi yang menyoroti sejumlah peluang dan upaya kolaboratif yang perlu dilakukan untuk mendorong sawit berkelanjutan di Indonesia.
Salah satu poin utamanya menyoroti rentang waktu yang relatif lebih longgar di pasar Asia yang merupakan peluang bagi Indonesia untuk memperbaiki tata kelola sawit di dalam negeri sembari merumuskan strategi diplomasi sertifikasi sawit nasional di pasar Asia, termasuk Tiongkok secara lebih proaktif.
"Forum tersebut juga mengusulkan pentingnya skema insentif baik untuk petani swadaya dan juga pemerintah daerah penghasil sebagai stimulus untuk mendorong adopsi prinsip berkelanjutan," pungkas Bukti Bagja.