Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat transportasi dan tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menyampaikan, rencana pemberlakuan Multi Line Free Flow (MLFF) atau pembayaran tol tanpa sentuh disebut akan mengurangi kemacetan.
Hal itu dia sampaikan dalam acara Diskusi Publik Peluang dan Tantangan Implementasi Sistem Bayar Tol Tanpa Henti secara virtual, Selasa (7/2/2023).
"Kalau misalnya (Jakarta) bisa menggunakan nirsentuh MLFF masuk ke tol, kalau dari 4 detik kemudian 10 detik jadi 0 detik, hambatannya akan hilang. Saya yakin 30 persen kemacetan akan berkurang," ujar Yayat.
Baca juga: Soroti Penerapan Sistem Bayar Tol tanpa Berhenti, Kemenhub: Mampu Atasi Kemacetan
Yayat menegaskan, jika MLFF diterapkan di seluruh tol Jakarta, maka diprediksi akan merubah kemacetan yang kerap terjadi di poros-poros jalan Timur hingga ke Barat atau dari Jalan Letjen Suprapto hingga Jalan Cawang Jakarta Timur.
"Pengamatan saya ada 4 faktor di Jakarta itu khususnya pada poros Timur-Barat itu penyebab kemacetan. Satu, persimpangan traffic, waktunya sangat lama kendaraan sangat lama dan penyempitan jalan," papar dia.
Kemudian, faktor Kedua adalah keberadaan halte di Jalan Semanggi dan di Jalan Pancoran Jakarta Selatan. Pasalnya, volume kendaraan lebih dominan dibandingkan batas jalan yang tersedia.
"Transjakarta bagus, tapi ada halte yang bikin macet, di Semanggi sama di Pancoran. Itu bikin persoalan menambah kemacetan. Nomor 3 Pintu tol yang menjadi persoalan," ucap Yayat.
"Baru yang terakhir, batas jalan Transjakarta sama koridor. Jadi kapasitas jalan tidak mencukupi volume kendaraan bertambah. Ditambah antrean panjang di sepanjang pintu tol itu," lanjutnya.
Di sisi lain, Yayat mengatakan, pelaksanaan MLFF membutuhkan sosialisasi secara masif dengan penerapan yang mudah dipahami oleh masyarakat.
"Selanjutnya tantangan ke depan, realistis saja, saya berharap ini struktur baru yang akan membangun kultur baru, yang menjadi perosalan itu perlu sosialisasi," ungkap dia.
Sementara itu, dia menambahkan, model uji coba dalam masa transisi sedianya segera dilakukan. Sebab, batas waktu penerapan sudah tinggal menghitung bulan.
"Sekarang RPP-nya (regulasinya) lagi disusun, katanya ditargetkan Maret, ini kayak lagu Krisdayanti menghitung hari," ujarnya.