Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Di bawah kepemimpinan CEO Bob Iger, platform video streaming Walt Disney Co mengumumkan langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.000 karyawan.
“Saya sangat menghormati dan menghargai bakat dan dedikasi karyawan kami di seluruh dunia. Namun kami akan tetap berkomitmen untuk bekerja secara efisien, terutama di lingkungan yang menantang." jelas Iger lewat pengumuman yang dirilis pada Rabu (8/2/2023).
Iger tak menjelaskan divisi mana saja yang akan menjadi korban PHK ini, namun pemecatan tersebut akan menghilangkan 3 persen dari seluruh total karyawan global Disney yang bejumlah 220.0000 orang, menurut data pengarsipan SEC.
PHK dilakukan Disney disinyalir imbas dari menurunnya jumlah pelanggan harian layanan streaming-nya karena harus bersaing ketat dengan Netflix.
Per Desember kemarin total, pelanggan Disney dilaporkan turun 1 persen menjadi 168,8 juta konsumen.
Penurunan ini lantas mengerek anjloknya pendapatan kuartal media streaming Disney+ sebesar 1,4 miliar dolar AS, selama periode Oktober hingga Desember 2022.
Kekhawatiran ini yang mendorong Iger untuk melakukan PHK demi memangkas pembengkakan biaya selama masa jabatan pertamanya sebagai CEO setelah sebelumnya Iger pernah mengundurkan diri sebagai CEO pada 2020.
Dengan pemangkasan ini Disney diperkirakan dapat menghemat biaya sekitar 5,5 miliar dolar AS dari biaya konten sebesar 3 miliar dolar AS, sementara sisanya 2,5 miliar dipotong dari anggaran non-konten.
Baca juga: Bos Disney Minta Karyawan Kembali Bekerja di Kantor per 1 Maret 2023
"Reorganisasi ini akan menghasilkan pendekatan yang lebih hemat biaya dan terkoordinasi untuk operasi kami," kata Iger yang dikutip dari Reuters.
Disney juga meminta dewan perusahaan untuk mengembalikan dividen pemegang saham dimulai pada tahun 2023 dan berakhir dengan tenggat waktu paling lambat akhir tahun 2025.
Baca juga: Saham Disney Ambrol Imbas Pendapatan Sekuel Avatar Jauh di Bawah Ekspektasi
PHK tersebut melanjutkan tren pemangkasan ribuan tenaga kerja di bisnis layanan streaming setelah beberapa saingannya seperti Netflix yang tahun lalu dilaporkan memecat 300 staff.
Disusul HBO Max yang turut merumahkan 14 persen staf selama tahun 2022 kemarin. Sebagai imbas dari memburuknya bisnis teknologi di wilayah Amerika Serikat.