Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyebut komoditas kopi mampu menghadirkan kolaborasi yang baik dari dua industri berbeda.
Dua industri tersebut datang dari UMKM pengolah komoditas kopi dan para pelaku seni kopi. Mereka mampu menghasilkan kolaborasi yang baik.
Hal itu dapat terlihat dari UMKM yang mengolah kopinya, lalu ampasnya dijadikan sebuah karya oleh pelaku seni.
Baca juga: Dibayangi Pandemi dan Resesi, Majoo Indonesia Rangkul 40 Ribu UMKM di 600 Kota Pada 2022
"Indonesia dikenal dengan komoditas kopi yang luar biasa. Jenis kopi di negara kita juga sangat beragam.
UMKM-nya juga dikenal mampu mengolah komoditas kopi sebagai kekuatan ekonomi. Sementara ampas atau cethe-nya menjadi karya seni yang bernilai tinggi terutama dalam konsep zero waste," kata Teten dalam keterangannya, dikutip Kamis (9/2/2023).
Dalam acara Pameran Lukisan bertema 'Coffee in Culture Heritage #2' di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Teten berujar kualitas kopi Indonesia tidak kalah dengan Brazil meskipun harga kopi Indonesia tergolong mahal.
Diketahui, selum pandemi COVID-19, harga kopi Brazil mencapai 9,5 dolar Amerika Serikat (AS) per kilogramnya. Sedangkan kopi Indonesia mencapai 9 dolar AS per kilogram.
"Kopi kita enak, maka dari itu orang mau beli meskipun mahal. Apalagi sekarang ini tren minum kopi terus terjadi di Indonesia. Hal itu menumbuhkan semangat serta pelaku industri kopi lokal. Dan mengkonsumsi kopi itu sehat, juga harus bangga dengan produk dalam negeri sendiri," ujar Teten
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu mengatakan sekarang ekonomi kreatif menjadi gerakan dari lokomotif baru untuk pengembangan ekonomi di Indonesia.
Baca juga: Menjajal Cita Rasa Menu Baru Kopi Kenangan, dari Ice Blended Sampai Cinnamon Roll
Berdasarkan data Kemenparekraf, Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia pada 2021 memberikan kontribusi cukup besar yang mencapai 6,98 persen atau dengan nilai Rp1.134 triliun.
Kuliner, fesyen, dan kriya menjadi subsektor penyumbang terbesar untuk PDB ekonomi kreatif dengan kisaran 75 persen.
"Saya berharap pelaku usaha ekonomi kreatif terus mencoba hal baru demi kemajuan ekonomi kreatif," kata Teten.
Maka dari itu, mengingat besarnya kontribusi dari sektor ekonomi kreatif terutama pada subsektor seni rupa, ia mendorong peningkatan kompetensi para pelakunya agar keterampilan yang dimiliki semakin baik dan dapat menghasilkan karya seni yang baru.
"Sekaligus mengangkat nama Indonesia di tingkat dunia dengan menghasilkan lebih banyak lagi pelukis kopi Indonesia yang dikenal dunia," ujar Teten.