News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rhenald Kasali Paparkan Modus Penipuan Adani Group Milik Orang Terkaya Nomor Tiga di Dunia

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung kasus penipuan yang dilakukan Adani Group, perusahaan milik orang terkaya di India yakni Gautam Adani. Jokowi pun mengingatkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan pengawasan industri jasa keuangan di Tanah Air agar tidak seperti Adani Group.

TRIBUNNEWS.COM, - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung kasus penipuan yang dilakukan Adani Group, perusahaan milik orang terkaya di India yakni Gautam Adani.

Jokowi pun mengingatkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan pengawasan industri jasa keuangan di Tanah Air agar tidak seperti Adani Group.

"Dilihat betul mana yang suka menggoreng (saham), kalau gorengan itu enak, gorengan itu enak. Menggoreng-goreng pas dapat ya enak, tapi sekali kepeleset seperti tadi saya sampaikan Adani di India, hati-hati," kata Jokowi saat membuka Pertemuan Industri Jasa Keuangan, Senin (6/2/2023).

Ekonom senior Rhenald Kasali mengatakan, kekayaan Gautam Adani dalam sekejap turun 110 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.600 triliun sampai Rp1.800 triliun.

Baca juga: Diserang Amukan Investor, Adani Ports Janji Lunasi Utang Senilai 605 Juta Dolar AS

"Angka yang sangat besar dan itu merugikan negara. Apa yang bisa kita ambil dari semua ini?," ucap Rhenald dikutip dari akun Youtube Rhenald Kasali, Kamis (9/2/2023)

Pertama, kata Rhenald, setiap krisis ekonomi maka dapat memunculkan orang-orang yang tadinya dianggap sebagai filantropi, pengusaha sukses, tetapi ternyata melakukan penipuan dan sebagainya.

Kedua, Rhenald menyebut, setiap krisis itu melahirkan orang-orang yang akan dikenal sepanjang masa seperti Adani pada saat ini.

Hal ini, pernah terjadi pada saat krisis 2008 dan pelaku penipuan yaitu Bernie Madoff yang merupakan penjahat skema ponzi di Amerika Serikat.

"Dia adalah orang yang sukses, pandai mengelola uang, hartanya melimpah, tampil sebagai filantropi tapi ternyata ketika terjadi terjadi krisis 2008, dia tidak bisa mengumpulkan uang lagi karena semua ditarik, bunga meningkat dan untuk menutupi semua, dia lakukan dengan cara yang tidak pantas, terjadi fraud cukup panjang," ujarnya.

Terkait persoalan Adani, Rhenald menyebut hal ini terjadi setelah adanya riset yang dikeluarkan Hindenburg Research.

Lembaga riset tersebut menaruh curiga kepada Adani Group, karena pergerakan sahamnya sangat cepat meningkat pada periode 2020 sampai 2022, di saat dunia tengah dilanda pandemi Covid-19.

"Saat itu, India begitu parah kondisinya tapi market cap Adani tumbuh sangat mengesankan, bayangkan kekayaan Adani pada 2020 baru 10,7 miliar dolar AS, belum disebut-sebut orang terkaya di dunia. Tiba-tiba pada 2023 awal, dunia membaca berita, dia adalah orang ketiga terkaya di dunia," paparnya.

Rhenald menyapaikan, riset terkait Adani ini muncul ketika Adani akan melakukan penerbitan saham baru senilai 20 miliar dolar AS pada kurun waktu 24 Januari sampai 31 Januari 2023.

Namun, saat riset tersebut diumumkan, saham perusahaan Adani Group anjlok dari 10 miliar dolar AS sampai 100 miliar dolar AS, sehingga kekayaan Adani ikut merosot.

Modus Penipuan

Rhenald memaparkan, fraud atau penipuan Adani Group dengan memberikan informasi yang tidak benar kepada investor, di mana kinerja keuangannya digoreng sedemikian rupa.

"Tapi ternyata tumbuhnya tidak sesuai dengan laporan keuangannya yang dibuka lebih jauh, ternyata Net Debt dibandingkan EBITDA-nya itu dikatakan angkanya sangat tinggi antara 2 sampai 16 kali. Sedangkan rata-rata industri itu hanya 1,3 sampai 6 kali. Kok bisa? mereka memiliki kemampuan ketika bisnisnya hanya energi, bandara, dan pelabuhan," ujarnya.

"Bandara pada saat itu sedang sulit, bahkan saat pandemi pelabuhan kesulitan mengirim barang pegawainya sedang lockdown saat itu," sambung Rhenald.

Lalu, jika dilihat lagi bisnis-bisnis Adani Group yang terlihat maju, sebetulnya bergerak lambat tapi angkanya sangat menarik.

Baca juga: Skandal Besar Adani Group Lenyapkan 50 Persen Harta Orang Terkaya di Asia, Begini Kronologinya

"Kemudian diperiksa lagi yang dilihat current ratio, terutama ini ditelisik untuk melihat apakah ada risiko likuiditas yang ada di perusahaan. Ternyata sebagian perusahaan ini mengalami resiko itu karena current ratio-nya di bawah satu," kata Rhenald.

Ia menyebut, keuangan dalam perusahaan Adani terkumpul banyak karena terdapat pinjaman yang didapatkan dari dana publik melalui pasar modal di India.

Bahkan, Adani Group pun sedang dilakukan investigas oleh pemerintah India karena melakukan penggelapan pajak dan penipuan yang dilakukan sejumlah keluarga Adani yang ada di perusahaan.

Lalu yang menarik lagi, dalam menggoreng saham Adani Group, terlibat adik mantan PM Inggris yakni Jo Johnson.

Jo Johnson ini orang yang mendorong investor kakap global untuk investasi di perusahaan Group Adani melalui pembelian saham perusahaan tersebut di pasar modal India.

"Saat mereka tarik saham (jual) di pasar modal India, dalam tempo 10 hari nilainya turun saham Adani 50,3 persen," paparnya.

Baca juga: Tertimpa Sejumlah Skandal, Harta Crazy Rich Ini Menguap Rp 1.594 T, Adani Bukan Lagi Terkaya Asia

Berkaca dalam kasus Adani, Rhenald pun mengimbau kepada perusahaan di tanah air untuk mengelola perusahaan secara baik dan transaparan.

Ketika perusahaan tumbuh, dan kemudian menjadi perusahaan publik dengan menjual sahamnya ke masyarakat, maka harus dijaga kepercayaan publik.

"Ketika kita mengelola uang orang lain, maka kita harus mejaga kepercayaan itu, dengan sistem, dengan akunting yang benar dengan menjaga secara berhati-hati dan bisa diperganggungjawabkan," paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini