News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bersahabat Lama, Begini Cara China Tolong Ekonomi Rusia dari Risiko Kejatuhan Akibat Sanksi Barat

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Direktur Kantor Komisi Luar Negeri Pusat China Wang Yi di Kremlin di Moskow pada 22 Februari 2023.

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Sejumlah negara Barat sudah menjatuhkan serangkaian sanksi kepada Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.

Namun China tetap menyatakan persahabatan yang dijalin dengan Rusia tetap "tanpa batas" dan terbukti membantu Rusia terhindar dari risiko buruk perekonomian dalam negerinya dari akibat pengucilan Rusia dari sistem keuangan global oleh Barat.

Menggarisbawahi kedekatan hubungan kedua negara tersebut, diplomat top China Wang Yi bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dalam kunjungannya ke Rusia pada Rabu (22/2/2023) pekan ini.

Sebelumnya, The Wall Street Journal melaporkan Presiden China Xi Jinping dan Putin dapat mengadakan pertemuan puncak di Moskow pada April atau awal Mei.

Melansir dari CNN, berikut tiga cara China, pembeli komoditas terbesar di dunia dan kekuatan keuangan serta teknologi, dalam menopang ekonomi Rusia:

1. Membeli Energi dari Rusia

Sanksi Barat yang diterima Rusia termasuk embargo penjualan minyak dan pembatasan harga minyak mentahnya, penolakan akses ke SWIFT yaitu sistem perpesanan melalui serangkaian kode yang digunakan oleh lembaga keuangan internasional, dan pembekuan aset bank sentral yang disimpan di luar negeri.

Langkah-langkah ini ditujukan untuk melemahkan kemampuan Rusia untuk membiayai serangan militernya di Ukraina.

Sanksi dari pihak Barat ternyata berdampak bagi Rusia. Perekonomian Rusia meluncur ke dalam resesi pada 2022, menyusut sebesar 4,5 persen, menurut perkiraan terbaru oleh Bank Dunia.

Tetapi pendapatan fiskal Moskow meningkat, menurut pemerintah Rusia. Hal itu terutama berkat harga energi yang tinggi dan upaya Rusia untuk mengalihkan ekspor bahan bakar ke pembeli lain, seperti China dan India.

Baca juga: Sambangi Rusia, Putin Sambut Hangat Kunjungan Diplomat Top China Wang Yi

“China telah mendukung perang Rusia secara ekonomi dalam artian telah meningkatkan perdagangan dengan Rusia, yang telah melemahkan upaya Barat untuk melumpuhkan mesin militer Moskow,” kata analis senior untuk China dan Asia Timur Laut di Eurasia Group, Neil Thomas.

Total perdagangan antara China dan Rusia mencapai rekor tertinggi baru pada 2022, naik 30 persen menjadi 190 miliar dolar AS, menurut data bea cukai China. Secara khusus, perdagangan energi telah meningkat tajam sejak dimulainya perang di Ukraina.

China membeli minyak mentah senilai 50,6 miliar dolar AS dari Rusia sejak Maret hingga Desember 2022, naik 45 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Impor batubara melonjak 54 persen menjadi 10 miliar dolar AS. Sedangkan pembelian gas alam termasuk gas pipa dan LNG dari Rusia, meroket 155 persen menjadi 9,6 miliar dolar AS.

Ini menjadi keuntungan bagi kedua belah pihak. Rusia sangat membutuhkan pelanggan baru karena bahan bakar fosilnya dijauhi oleh Barat.

Baca juga: Ultimatum China ke AS Soal Konflik Ukraina: Jangan Tambah Bahan Bakar ke Api

Sementara bagi China, yang sekarang fokus untuk menyelamatkan ekonominya dari kemerosotan, membutuhkan energi murah untuk menggerakkan industri manufakturnya yang besar.

Kedua belah pihak berencana memperluas kemitraan itu lebih lanjut, termasuk kesepakatan antara perusahaan energi Gazprom dan China National Petroleum Corporation untuk memasok lebih banyak gas ke China selama 25 tahun ke depan.

“Dengan dibukanya ekonomi China pada tahun 2023, kita dapat mengharapkan peningkatan lebih lanjut dalam ekspor Rusia ke China, termasuk minyak bumi dan produk olahan minyak lainnya,” kata seorang profesor di Moscow State Institute of International Relations, Anna Kireeva.

Baca juga: Rusia dan China Berjanji Perkuat Hubungan Meski Ada Tekanan Internasional

2. Mengambil alih Jadi Pemasok, Menggantikan Barat

Rusia telah menghabiskan banyak dana untuk membeli mesin, elektronik, logam dasar, kendaraan, kapal, dan pesawat terbang dari China, sebagaimana dirinci dalam laporan Layanan Riset Kongres AS dari Mei lalu.

“Meskipun China enggan memberikan dukungan langsung pada perang Rusia, hubungan bilateral akan terus tumbuh karena Beijing bersifat oportunistik,” kata Thomas.

“Xi menghargai dukungan Putin sebagai pemberat strategis melawan Amerika Serikat yang semakin bermusuhan, tetapi dia tertarik pada Rusia terutama karena apa yang dapat dilakukannya untuk China,” tambahnya.

Rusia juga perlu mencari pengganti impornya dari pasar Barat, seperti mobil dan elektronik.

Merek mobil China, termasuk Havel, Chery, dan Geely, pangsa pasar mereka melonjak dari 10 persen menjadi 38 persen dalam setahun setelah cabutnya sejumlah merek kendaraan  Barat di pasar Rusia, menurut data terbaru dari perusahaan riset Rusia Autostat.

Pangsa pasar merek-merek mobil China di Rusia kemungkinan akan tumbuh lebih jauh pada tahun ini.

Haval F7 and F7x dipasarkan di Russia.

Di industri elektronik, produk elektronik merek China menyumbang sekitar 40 persen dari pasar smartphone di Rusia pada akhir 2021.

Setahun kemudian, mereka hampir mengambil alih industri dengan 95 persen pangsa pasar, menurut perusahaan riset pasar Counterpoint.

3. Menggantikan Posisi Dolar AS

Setelah beberapa bank Rusia terputus dari SWIFT, Moskow telah beralih dari dolar AS ke yuan China. Perusahaan-perusahaan Rusia telah menggunakan lebih banyak yuan untuk memfasilitasi naiknya perdagangan Rusia dengan China.

Bank Rusia juga melakukan lebih banyak transaksi dalam yuan untuk melindungi mereka dari risiko sanksi, kata mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pertumbuhan Ekonomi, Energi, dan Lingkungan, Keith Krach.

Pangsa yuan di pasar mata uang asing Rusia melonjak 48 persen pada November 2022, menurut media Rusia mengutip kepala Bursa Moskow.

Rusia bahkan pernah menjadi pusat perdagangan lepas pantai terbesar ketiga di dunia untuk yuan pada Juli lalu, di belakang Hong Kong dan Inggris, menurut data yang dirilis oleh SWIFT.

Sejak saat itu, Moskow tetap menjadi salah satu dari enam pasar teratas untuk perdagangan yuan. Padahal sebelum perang Ukraina dimulai, Rusia tidak masuk dalam 15 besar pasar teratas untuk perdagangan yuan.

Kementerian keuangan Rusia juga telah menggandakan porsi cadangan yuan yang dapat dipegang oleh dana kekayaan kedaulatan negara menjadi 60 persen, setelah sebagian besar tabungannya dibekukan oleh sanksi internasional, menurut Reuters.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan Moskow hanya akan membeli yuan pada 2023 untuk mengisi kembali dana kekayaan negara, menurut laporan kantor berita Rusia Tass.

“Dari semua mata uang asing yang dimiliki bank (sentral) Rusia, hanya yuan China yang tidak dibekukan dan tetap 'bersahabat',” kata Kireeva.

“Kita cenderung melihat de-dolarisasi lebih lanjut dari perdagangan luar negeri Rusia secara umum dan peningkatan pangsa perdagangan dalam mata uang nasional dengan semua negara yang bersahabat atau netral terhadap Moskow,” imbuhnya.

Dengan lebih banyak cadangan yuan, Moskow dapat menggunakan mata uang China untuk menstabilkan rubel dan pasar keuangannya.

Rubel telah jatuh lebih dari 40 persen terhadap euro dan dolar AS pada tahun lalu, dan indeks saham utama Rusia telah turun lebih dari sepertiga.

Bulan lalu, kementerian keuangan Rusia mengumumkan akan melanjutkan intervensi valuta asing dengan menjual yuan dan membeli rubel.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini