News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Balas Sanksi Eropa, Bank Tinkoff Rusia Tangguhkan Perdagangan Euro

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin saat akan menyampaikan pidato kenegaraan untuk memperingati satu tahun invasi Rusia ke Ukraina

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Bank online Rusia Tinkoff resmi menangguhkan semua aktivitas transaksi perdagangan yang menggunakan mata uang euro per Senin (27/2/2023).

"Penarikan dalam euro akan tersedia. Namun perdagangan euro akan ditangguhkan mulai 27 Februari 2023," kata juru bicara Tinkoff Bank, seraya menjelaskan bahwa perdagangan dalam mata uang lain tidak akan terpengaruh sanksi.

Pengumuman tersebut dirilis sebagai bentuk balasan sanksi atas tindakan Uni Eropa yang telah memutus perdagangan perbankan yang dijalankan oleh TCS Group Holding ini dari sistem global SWIFT.

Baca juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Yakin Vladimir Putin akan Dikalahkan oleh Rivalnya di Rusia

Setelah di bulan sebelumnya UE lebih dulu memasukan ribuan pejabat kedalam entitas daftar hitam serta memotong perdagangan dengan investor Rusia, hingga Moskow merugi lebih dari 10 miliar euro.

Presidensi Dewan Uni Eropa Swedia menjelaskan putaran sanksi terbaru ini ditujukan untuk memberikan pembatasan perdagangan tambahan terhadap Rusia, dengan begini pemerintah Putin akan kesulitan untuk membiayai pembelian peralatan teknologi dan suku cadang selama perang.

Kendati sanksi yang diberlakukan UE sempat membuat Tinkoff mengalami kemunduran hingga membuat bank yang didirikan oleh pengusaha Oleg Tinkov terpaksa menjual 35 persen sahamnya kepada raja logam Rusia Vladimir Potanin pada April lalu.

Namun hal tersebut tak lantas membuat perekonomian Rusia berkontraksi, justru selama disanksi presiden Putin berhasil memulihkan stabilitas pendapatan dengan menetapkan kebijakan capital control sehingga negara dapat mencegah terjadinya kontraksi ekonomi.

Rusia Klaim Ekonomi Tumbuh

Selain terdorong kebijakan agresif Putin, perdagangan Rusia kembali menggeliat karena transaksi dengan Cina. Menurut data ekspor yang dianalisis oleh Silverado Policy Accelerator, per November 2022 jumlah ekspor chip Cina dan Hong Kong ke Rusia telah tumbuh menjadi 55 persen dari rata-rata ekspor chip sebelum perang.

Baca juga: Warga Rusia Terkena Imbas Sanksi Ekonomi, Inflasi Melonjak hingga Tingginya Angka Pengangguran

Tak hanya itu penjualan di sektor energi juga kembali membukukan lonjakan laba yang cukup besar, usai presiden Rusia Vladimir Putin memberlakukan pembayaran gas dengan mata uang rubel.

Apabila pembeli menolak maka transaksi dengan mata uang rubel, maka Rusia akan memotong pasokan gas mereka. Ancaman ini yang mendorong lonjakan pendapatan pada Rubel Rusia selama setahun terakhir.

"Jika pembayaran tersebut tidak dilakukan, kami akan menganggap ini sebagai default di pihak pembeli, dengan semua konsekuensi berikutnya. Kami tidak menjual secara gratis, dan kami juga tidak akan melakukan amal, (konsekuensinya) yaitu, kontrak yang sudah berjalan akan dihentikan," ujar Putin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini