Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Secara historis, volatilitas pasar finansial global meningkat menjelang puncak siklus suku bunga atau pengetatan moneter bank sentral.
Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja mengatakan, mayoritas negara di dunia saat ini sudah berada pada proses tersebut.
"Saat ini, kebanyakan bank sentral di dunia hanya memerlukan satu kali hingga dua kali kenaikan lagi untuk mencapai puncak suku bunga sesuai outlook yang dikomunikasikan," ujar dia melalui risetnya, ditulis Rabu (22/3/2023).
Baca juga: Hadapi Kenaikan Suku Bunga, PropertyGuru Bukukan Pertumbuhan Pendapatan Sebesar 35 Persen
Kondisi ini berbeda dengan tahun lalu, ketika suku bunga justru sedang naik agresif dengan frekuensi dan besaran yang cukup besar.
"Sementara di Indonesia, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, bahwa tingkat suku bunga saat ini sudah cukup untuk menurunkan ekspektasi inflasi umum yang diperkirakan akan mencapai target 4 persen pada kuartal kedua tahun ini," kata Freddy.
Kendati demikian, dia memperkirakan, suku bunga BI masih berpotensi naik jika data ekonomi Negeri Paman Sam terus menguat.
"Penguatan ekonomi AS membuat The Fed masih harus melakukan pengetatan moneter di luar ekspektasi yang diharapkan sebelumnya," pungkasnya.