Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase atau 25 basis poin (Bps) pada Rabu (22/3/2023).
Dosen sekaligus praktisi pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, The Fed dalam pengumuman kemarin, tetap pada proyeksi suku bunganya, yakni di kisaran 5 persen hingga 5,25 persen tergantung inflasi inti.
"Masih banyak anggota The Fed yang tetap proyeksikan dapat lebih tinggi dari 5,25 persen karena target inflasi 2 persen masih terbilang cukup jauh. Mengingat inflasi AS yang masih dilevel 6 persen dan inflasi inti di level 5,5 persen," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Kamis (23/3/2023).
Baca juga: Bursa Saham Asia Kompak Melemah Pasca Kenaikan Suku Bunga The Fed 25 Basis Poin
Selain itu, dalam dewan rapat kebijakan The Fed atau Federal Open Market Committee (FOMC), Bank Sentral AS tersebut mengklaim perbankan masih aman.
"Pada FOMC, The Fed juga menyatakan kondisi sistem perbankan AS yang masih sehat dan tangguh," kata Lanjar.
Dia menilai, masih naiknya suku bunga The Fed telah diantisipasi oleh pasar karena The Fed menaikkan sesuai apa yang di harapkan.
Sementara itu, dolar AS masih tertekan saat ini karena imbas kepercayaan investor yang sedang menurun pada sistem perbankan Amerika.
"Sehingga, dampak terhadap rupiah kemungkinan besar kecil. Rupiah masih berpeluang lebih stabil," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Pengamat perbankan Paul Sutaryono memperkirakan, kenaikan suku bunga The Fed masih aman terus berlanjut.
"Itu bukan yang terakhir bagi The Fed untuk mengerek suku bunga," pungkasnya.