News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Berpotensi Menguat Pekan Depan, Pengamat Sebut Rupiah Bakal ke Level Rp 15.153 per Dolar AS

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer, Jakarta Pusat. rupiah pada awal pekan depan (27/3/2023) masih akan berfluktuasi dan cenderung menguat. Bakal merangkak ke arah level Rp 15.120.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini (24/3/2023) berada di level Rp 15.153.

Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda menguat 192 poin.

Sebelumnya pada Kamis (23/3/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 15.345.

Baca juga: Rupiah Diprediksi Betah di Rp 15.000 Per Dolar AS Imbas Silicon Valley Bank Kolaps

Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah pada awal pekan depan (27/3/2023) masih akan berfluktuasi dan cenderung menguat. Bakal merangkak ke arah level Rp 15.120.

"Dalam penutupan pasar sore kemarin, mata uang rupiah ditutup menguat tajam 192 point, walaupun sebelumnya sempat menguat 175 point di level Rp 15.153 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.345," ucap Ibrahim dalam analisanya dikutip, Sabtu (25/3/2023).

"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 15.120 hingga Rp 15.190," sambungnya.

Ibrahim juga membeberkan penguatan rupiah pada kemarin dipengaruhi sejumlah faktor, baik eksternal maupun internal.

Untuk faktor eksternal, melemahnya rupiah didorong terjadinya fluktuasi pada indeks dolar AS imbas adanya kebijakan Federal Reserve.

Baca juga: Intip Dampak Bank Silicon Valley Kolaps dan Suku Bunga AS Naik Lagi ke Rupiah

"The Fed menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin pada hari Rabu, tetapi menghilangkan bahasa tentang peningkatan yang sedang berlangsung yang diperlukan untuk mendukung beberapa kenaikan tambahan," ucap Ibrahim.

Sementara untuk faktor internal, penguatan rupiah terdorong perkiraan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menyebutkan bahwa negara berkembang di kawasan Asia termasuk Indonesia diprediksi tak akan terlalu terdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global karena bergulirnya ekonomi China.

Selain itu, OECD memperkirakan inflasi Indonesia pada sekitar tahun 2023 hingga 2024 akan melandai.

Namun, inflasi tak langsung terjun menjadi lemah. Level inflasi pada tahun 2023 akan berada di level moderat.

"Selain prospek positif pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara sebaya, OECD tetap melihat tantangan yang membayang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," pungkas Ibrahim.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini