Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, DUBAI – Arab Saudi dan produsen minyak OPEC Plus lainnya telah mengumumkan kesepakatan pengurangan produksi minyak lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari, dalam langkah mengejutkan yang menurut para analis akan memicu kenaikan harga minyak dunia.
Kesepakatan tersebut membuat total volume pemotongan oleh OPEC Plus, yang mengelompokkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dengan Rusia dan sekutu lainnya, menjadi 3,66 juta barel per hari atau setara dengan 3,7 persen dari permintaan global, menurut perhitungan Reuters.
Baca juga: Harga Minyak Langsung Naik Setelah OPEC+ Pertahankan Target Pengurangan Produksi
Kepala perusahaan investasi Pickering Energy Partners menyebut pemangkasan yang dilakukan OPEC Plus akan mengangkat harga minyak sebesar 10 dolar AS per barel.
"Saya memperkirakan pasar akan membuka beberapa dolar lebih tinggi, mungkin sebanyak 3 dolar AS," kata Tamas Varga dari PVM.
"Langkahnya benar-benar bullish,” imbuhnya.
Sementara itu, Kementerian Energi Saudi mengatakan pemangkasan tersebut sebagai tindakan pencegahan yang bertujuan mendukung stabilitas pasar minyak.
"OPEC mengambil langkah pre-emptive jika ada kemungkinan penurunan permintaan," kata Amrita Sen, pendiri dan direktur Energy Aspects.
Pada Oktober tahun lalu, OPEC Plus juga telah menyetujui pengurangan produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari, yang dimulai dari November hingga akhir 2022. Hal itu lantas membuat Washington marah karena pasokan yang lebih ketat mendorong harga minyak.
Baca juga: Tiru OPEC, Indonesia Usulkan Pendirian Organisasi Negara-Negara Penghasil Nikel
Di samping itu, Pemerintahan Presiden AS Joe Biden menyebut langkah pemangkasan produksi minyak terbaru oleh OPEC Plus sebagai tindakan yang tidak bijaksana.
Kami tidak berpikir pemotongan disarankan pada saat ini mengingat ketidakpastian pasar dan kami telah menjelaskannya," ungkap juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.