TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan multinasional asal Amerika Serikat (AS) yang memproduksi peralatan rumah tangga berbahan plastik, Tupperware dikabarkan tengah menghadapi krisis finansial.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, merek Tupperware sudah tidak asing lagi terdengar. Tupperware sendiri telah membuat banyak sekali produk, mulai dari wadah makanan hingga tumbler.
Berkat kualitas dari merek ini yang terkenal baiknya, banyak dari masyarakat Indonesia yang suka menggunakan produk dari Tupperware.
Mengutip data dari Statista, perusahaan sempat merasakan kesuksesan selama penjualan produknya di tahun 2013. Pada 2013, Tupperware mencatatkan pendapatan sebesar 2,67 juta dolar AS.
Setahun kemudian, pendapatan Tupperware sedikit mengalami penurunan. Pada 2014, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 2,606 juta dolar AS.
Baca juga: Hadapi Krisis Finansial, Tupperware Terancam Gulung Tikar
Hingga akhirnya pada 2021, pendapatan perusahaan kembali merosot tajam. Pada tahun itu, Tupperware hanya mencatatkan pendapatan sebesar 1,602 juta dolar AS.
Dan berikut rangkuman pendapatan Tupperware dari 2013 hingga 2021:
- Tahun 2013 Tupperware mencatatkan pendapatan 2,67 juta dolar AS
- Tahun 2014 Tupperware mencatatkan pendapatan 2,60 juta dolar AS
- Tahun 2015 Tupperware mencatatkan pendapatan 2,28 juta dolar AS
- Tahun 2016 Tupperware mencatatkan pendapatan 2,21 juta dolar AS
- Tahun 2017 Tupperware mencatatkan pendapatan 2,25 juta dolar AS
- Tahun 2018 Tupperware mencatatkan pendapatan 2,06 juta dolar AS
- Tahun 2019 Tupperware mencatatkan pendapatan 1,61 juta dolar AS
- Tahun 2020 Tupperware mencatatkan pendapatan 1,55 juta dolar AS
- Tahun 2021 Tupperware mencatatkan pendapatan 1,60 juta dolar AS
Namun, kabar mengejutkan datang pada awal pekan ini, saat perusahaan mengumumkan kesulitan finansial yang sedang dihadapi.
Kabar tersebut beredar usai saham perusahaan anjlok hampir 50 persen pada Senin (10/4/2023).
Dalam dokumen yang dikirimkan ke regulator bursa AS, Tupperware menyebutkan terdapat keraguan besar terhadap kemampuan perusahaan untuk melanjutkan bisnisnya.
Selain itu, perusahaan juga disebut sedang berbicara dengan penasihat keuangan untuk mendapatkan pembiayaan baru agar bisnisnya tetap beroperasi.
CEO Tupperware, Miguel Fernandez mengatakan pihaknya sedang menjajaki potensi pemutusan hubungan kerja atau PHK dan meninjau portofolio real estatnya untuk upaya penghematan uang yang lebih potensial.
"Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami," kata Fernandez.
(Tribunnews.com/Mikael Dafit Adi Prasetyo)