News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bagaimana Prospek Bisnis PGEO ke Depan? Ini Proyeksi Dua Lembaga Pemeringkat

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pembangkit Tenaga Panas Bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)

Di lain pihak, Pertamina sendiri sebagai induk usaha memiliki peringkat satu level di atasnya, yaitu BBB/stabil. Sedangkan, Standalone Credit Profile (SCP) PGEO ditetapkan pada level BB, yang mencerminkan kapasitas operasi yang sederhana, konsentrasi aset, visibilitas pendapatan dan profil keuangan yang relatif kuat.

Dalam menetapkan rangkaian peringkat tersebut, Fitch Rating mempertimbangkan positioning PNRE, termasuk juga PGEO di dalamnya, sebagai kendaraan utama bagi Pertamina Group dalam meningkatkan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) miliknya menjadi 17 persen.

Peningkatan kapasitas menjadi salah satu prioritas kinerja Pertamina, seiring dengan target pemerintah untuk mendongkrak pangsa pasar EBT nasional minimal menjadi 23 persen pada 2025 mendatang, dan menuju 30 persen pada 2030.

Guna mengejar target tersebut, PNRE bahkan telah menyiapkan dana belanja modal (Capital Expenditure/Capex) sebesar USD3,7 miliar untuk periode 2023 hingga 2026 mendatang, dengan USD2,1 miliar diantaranya untuk belanja modal PGEO.

Anggaran belanja tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas terpasang EBT yang saat ini masih sebesar 687 megawatt (MW), menjadi 5 gigawatt (GW), termasuk juga over kapasitas surya sbeesar 3GW dan 1GW di PGEO, dari yang saat ini masih sebesar 672 MW.

"Penilaian kami mencerminkan kuatnya potensi pertumbuhan yang dimiliki oleh PPI/PNRE, meski secara kontribusi keuangan kepada induk usaha akan tetap minimal dalam jangka menengah, karena porsinya yang masih kecil dibanding bisnis utama PT Pertamina di sektor migas," tulis Fitch Rating, dalam keterangan resminya.

Di lain pihak, Fitch juga mengaku optimistis terhadap proyeksi bisnis PGEO ke depan, sebagai anak usaha PNRE yang pada tiga hingga empat tahun ke depan digadang-gadang menjadi kontributor terbesar terhadap keuangan perusahaan.

Dalam proyeksinya, Fitch berharap PGEO mampu mengelola 21 persen dari total kapasitas terbarukan terpasang milik PNRE pada 2026, dengan kontribusi terhadap EBITDA mencapai 65 persen.

"PGEO menyumbang hampir seluruh pendapatan dan basis aset PNRE. Mereka bertujuan terus memperluas kapasitas panas bumi di Pertamina Group," ungkap Fitch.

Dengan sifatnya yang stabil serta besarnya potensi yang tersedia di Indonesia, membuat bisnis panas bumi yang digeluti PGEO menjadi bagian penting dari program transisi energi Pertamina dan juga negara.

Hal ini belum lagi memperhitungkan rencana PGEO untuk menggandakan kapasitasnya hingga lebih dari 1,2GW pada akhir 2027, dengan belanja modal sekitar USD2,8 miliar dan rata-rata pengeluaran tahunan di atas USD500 juta sejak 2024.

Sedianya, dana capex bakal didanai dari perpaduan antara kas internal, dana hasil IPO dan opsi pinjaman.

"Namun demikian, meski belanja modalnya besar, kami masih berharap leverage SCP dari PGEO masih berada dalam level aman. Kami perkirakan Leverage bersih EBITDA PGEO tetap di bawah 4x, bahkan selama puncak dari periode belanja modalnya," tulis Fitch dalam laporannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini