Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SAN FRANCISCO – Perusahaan transportasi Lyft di Amerika Serikat akan memangkas jumlah tenaga kerjanya secara signifikan dalam waktu dekat.
Dilansir dari CNN, rencana pemutusan hubungan kerja atau PHK tersebut diungkapkan oleh CEO baru Lyft, David Risher, Sabtu (22/4/2023) lalu.
Dalam sebuah memo, Risher berdalih pemangkasan itu dilakukan untuk membuat Lyft menjadi "perusahaan yang lebih cepat dan lebih rata, di mana setiap orang lebih dekat dengan pengendara dan pengemudi”.
“Saya memiliki keputusan ini, dan memahami bahwa ini harus dibayar mahal,” kata Risher.
“Kami tidak hanya berbicara tentang anggota tim; kita berbicara tentang hubungan dengan orang-orang yang telah bekerja bersama, terkadang selama bertahun-tahun,” sambungnya.
Pada November 2022, Lyft sudah mem-PHK 13 persen tenaga kerjanya karena kekhawatiran pada resesi yang membayangi perekonomian AS.
Dalam laporan terbarunya, The Wall Street Journal (WSJ) mengatakan PHK yang terjadi di sejumlah perusahaan akan mempengaruhi setidaknya 1.200 posisi atau lebih dari 30 persen staf.
Namun, juru bicara Lyft menolak memberikan perincian tentang sejauh mana pemotongan tersebut.
Baca juga: Terdampak Aksi Mogok, Bandara Berlin Batalkan Semua Penerbangan pada Senin
“David Risher telah menjelaskan kepada perusahaan bahwa fokusnya adalah menciptakan pengalaman yang hebat dan terjangkau bagi pengendara dan meningkatkan pendapatan pengemudi,” kata juru bicara tersebut.