Josua melanjutkan, Pemerintah AS mungkin juga dapat menahan laju pertumbuhan utangnya, yakni melalui pemotongan belanja pemerintah.
Apalagi dengan kondisi tingkat pengangguran AS yang cukup rendah, pemerintah AS seharusnya punya cukup ruang untuk melakukan kebijakan tersebut.
Josua melanjutkan, apabila AS mengambil kebijakan ini maka akan berdampak diantaranya adalah kenaikan imbal hasil atau yield surat utang pemerintah AS (US Treasury), yang kemudian secara tidak langsung ikut mengangkat yield IDR bond di Tanah Air.
Dampaknya lebih kepada potensi foreign outflow di pasar obligasi selama sentimen tersebut berada di pasar keuangan global.
"Adapun jumlah utang dan beban bunga pemerintah tidak terdampak mempertimbangkan tingkat utang termasuk utang luar negeri Indonesia yang manageable," papar Josua.
"Sementara itu, dampaknya terhadap perbankan, cenderung risikonya relatif rendah mengingat eksposur perbankan nasional terhadap UST (surat utang pemerintah AS) juga relatif rendah," pungkasnya.