Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prospek saham di sektor perbankan ke depan diyakini masih bagus terutama bila era kenaikan suku bunga berakhir.
Saat kondisi tersebut terjadi, standarisasi penyaluran kredit diyakini akan lebih longgar, sehingga permintaan kredit korporasi dan UMKM akan tetap terjaga baik.
Kendati demikian, sektor perbankan memiliki risiko yang harus diwaspadai investor, yakni kecukupan likuiditas dan standarisasi penyaluran kredit.
"Regulator harus berperan lebih guna menjaga dan memitigasi risiko tersebut dengan bauran kebijakan," ujar dosen sekaligus praktisi pasar modal Lanjar Nafi melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Selasa (2/5/2023).
Dia menambahkan, pertumbuhan kredit Indonesia di 2022 tumbuh double digit 11,35 persen menjadi modal optimis investor di awal 2023.
Data terakhir pertumbuhan kredit bulan Maret 2023 masih potensial dan cukup besar meskipun sedikit berada dibawah 10 persen, yakni 9,8 persen.
Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ini dikarenakan likuiditas perbankan di Indonesia yang memadai serta standarisasi penyaluran kredit yang longgar meskipun suku bunga dinaikkan cukup agresif hingga 5,75 persen saat ini.
Baca juga: Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan Sebesar 5,75 Persen
Sementara itu, rasio alat likuiditas pada dana pihak ketiga perbankan di Indonesia masih sangat sehat di atas 25 persen, menjadi indikasi utama kinerja perbankan di Indonesia lebih baik dari global.
Baca juga: Bursa Saham Asia Naik Tipis di Tengah Peluang Kenaikan Suku Bunga The Fed
"Selama permintaan korporasi dan UMKM dapat terkendali dan terjaga pertumbuhan kredit Indonesia masih akan terus solid," pungkasnya.