Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan default utang AS yang dipicu oleh kegagalan untuk menaikkan plafon utang negara akan memiliki "dampak yang sangat serius" bagi ekonomi AS serta ekonomi global, termasuk kemungkinan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Juru bicara IMF Julie Kozack juga menekankan kepada otoritas AS agar selalu waspada terhadap kerentanan baru di sektor perbankan AS, termasuk di bank regional yang dapat muncul dalam penyesuaian lingkungan suku bunga yang jauh lebih tinggi.
Baca juga: Utang AS dan China Membengkak, IMF Peringatkan Dampaknya Bisa Picu Krisis Ekonomi Dunia
"Kami ingin menghindari dampak yang parah itu," kata Kozack.
"Dan untuk alasan itu, kami sekali lagi menyerukan kepada semua pihak untuk bersatu, mencapai konsensus dan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin,” sambungnya.
Namun, dia tidak dapat memperkirakan seberapa besar dampak default AS terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Pada April lalu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,8 persen untuk tahun ini, tetapi mengatakan gejolak pasar keuangan yang lebih dalam yang ditandai dengan penurunan harga aset yang parah dan pemotongan tajam dalam pinjaman bank dapat membanting pertumbuhan output kembali ke 1,0 persen.
Adapun pembicaraan mengenai peningkatan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS telah dimulai pada Rabu (10/5/2023), dengan Partai Republik terus bersikeras pada pemotongan pengeluaran, sehari setelah Presiden Joe Biden dan Kevin dari Partai Republik bertemu mengenai masalah tersebut untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.
Baca juga: Ekonom Sebut Modal Asing Akan Keluar dari Pasar Keuangan Indonesia Jika Amerika Gagal Bayar Utang
Mengenai gejolak di sektor perbankan AS, Kozack mengatakan IMF menyambut baik tindakan "tegas" oleh regulator dan pembuat kebijakan AS untuk mengatasi kegagalan tiga pemberi pinjaman regional utama AS dalam beberapa pekan terakhir.
Kozack menambahkan bahwa IMF akan segera melakukan tinjauan tahunan "Pasal IV" terhadap kebijakan ekonomi AS, yang akan dikeluarkan menjelang akhir Mei.