Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan kosmetik yang cukup terkenal pada era tahun 2000-an Revlon mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan setelah berjaya selama 91 tahun.
Dilansir dari BBC, perusahaan berusia 91 tahun itu mengumumkan tengah kesulitan membayarkan kewajiban kepada para kreditur dan pemasok.
Perusahaan juga berharap bisa mendapatkan pinjaman baru sebesar 575 juta dollar AS untuk bisa mendukung operasional harian.
Baca juga: Vice Media Bangkrut, Perusahaan Jajaki Penjualan Seharga 225 Juta USD
Saham Revlon yang diperdagangkan di Bursa New York juga anjlok sebesar 13 persen setelah pengumuman tersebut dirilis ke publik.
"Kita telah mengalami kekurangan bahan baku yang diperlukan perusahaan," jelas pemimpin restrukturisasi Revlon, Robert Caruso dikutip Sabtu (3/6/2023).
Dari dokumen permohonan pengajuan perlindungan kebangkrutan ke pengadilan setempat diketahui, kondisi keuangan dan operasional Revlon sedang kesulitan karena beberapa hal.
Poduk Revlon harus bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan kosmetik lain, beberapa di antaranya merupakan perusahaan pendatang baru yang banyak dimiliki para artis Hollywood dan selebgram.
Kemudian, Revlon juga harus berjuang dengan kenaikan harga bahan baku dan rantai pasok yang terganggu. Semakin banyak kompetitor, semakin sengit pula persaingan mendapatkan pasokan bahan baku.
Di sisi lain, perusahaan memang sempoyongan menghadapi serbuan merek pendatang baru milik sejumlah artis seperti Kylie Cosmetics dan Fenty Beauty Rihanna. Mereka sudah bermunculan sejak beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Bikin Perusahaan Minyak Eropa Bangkrut, Sehari Merugi 27 Juta USD
Perusahaan juga harus bersaing ketat dengan para kompetitor lama seperti L'Oreal hingga Unilever.
Melalui permohonan ke pengadilan, yakni perlindungan kebangkrutan Bab 11, Revlon berharap bisa tetap beroperasi sembari menyusun rencana untuk pembayaran utang ke para krediturnya.
Revlon menyebut, struktur permodalan perseroan yang cekak juga membuat strategi bisnis tidak bebas. Membuat para konsumen banyak beralih ke produk pesaing.
Penjualan perusahaan semakin tak menentu setelah banyak negara dihantam efek pandemi Covid-19.
Setumpuk masalah yang meliputi ketersediaan bahan baku, makin banyaknya pesaing, penjualan menurun, dan utang menggunung jadi penyebab Revlon kini di ambang kebangkrutan.