News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Strategi Dirut Bulog Datangkan Beras Impor Agar Stok Tersedia dan Harga Stabil

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Pekerja mengangkut beras di toko grosir CV Rejekiku di pertokoan Pasar Besar, Kota Malang, Jawa Timur

TRIBUNNEWS.COM -- Pemerintah memakai strategi dalam pendistribusian beras impor, agar stok seelu ada dan harganya tetap stabil, tidak memberatkan petani dan masyarakat.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyebut pihaknya telah mendatangkan sebanyak 500.000 ton beras dari 2 juta ton yang akan didatangkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Adapun dalam penugasan itu Perum Bulog mendapatkan mandat untuk mengimpor beras sebanyak 2 juta ton hingga akhir 2023.

Baca juga: Antisipasi Kenaikan Harga Pangan, Pemerintah Tugaskan Bulog Impor 1 Juta Ton Beras dari India

"(Tahap pertama) 500.000 ton sudah masuk, sudah disalurkan. Jadi kalau impor kita dapat kuota 2 juta tapi tidak serta merta kita ambil semua karena masih ada produksi dalam negeri.

Nah kita sekarang sudah lebih dari 600.000 ton yang kita serap dari dalam negeri. Kekurangan itulah baru yang kita datangkan," ujarnya saat dijumpai Kompas.com di Jakarta, Senin (26/6/2023).

Pria yang akrab disapa Buwas itu mengatakan, pihaknya juga sudah menyalurkan beras impor tersebut untuk program bantuan sosial (bansos) pangan yang diberikan ke 21,3 juta KPM.

Sementara terkait sisa impor beras yang belum masuk, kata Buwas, akan dilakukan bertahap dan tetap mengedepankan penyerapan dari dalam negeri.

"Belum direalisasikan, karena nanti kalau tiba-tiba didatangkan produksi di sini banyak nanti gimana? Contoh kan kita sekarang salurkan batuan tiap bulanya 210.000.

210.000 ton ini kalau bisa penuhi dalam negeri ya kita enggak perlu impor tapi kalau bulan depan ternyata 50 persen harus perlu tambahan dari impor ya baru kita ambil impor. Itu saja," ungkap Buwas.

Dalam kesempatan itu, Buwas juga menjelaskan ihwal rencana pemerintah yang akan menambah impor beras sebanyak 1 juta ton dari India sebagai antisipasi bilamana stok beras berkurang lantaran adanya dampak bencana El Nino.

Buwas mengungkapkan, meskipun kontrak sudah dilakukan, penambahan importasi tersebut belum tentu dilaksanakan lantaran akan disesuaikan dengan kebutuhan.

"Kontrak itu boleh saja ada tetapi belum tentu dilaksanakan, sesuai kebutuhan," kata Buwas.
"Jadi jangan kita dapat penugasan impor langsung impor. Karena pangan itu jadi masalah kalau disimpan lama. Ini untuk ancang-ancang atau antisipasi," pungkas Buwas.

Baca juga: Antisipasi Kenaikan Harga Pangan, Pemerintah Tugaskan Bulog Impor 1 Juta Ton Beras dari India

Impor Sejuta Ton

Sementara mengenai kontrak impor sejuta beras dengan India, Buwas mengatakan, realisasi impornya belum tentu terlaksana. Sebab, kata dia, importasi baru akan dilakukan apabila dibutuhkan.

"Kontrak itu boleh saja ada, tetapi belum tentu dilaksanakan. Sesuai kebutuhan. Jadi jangan kita dapat penugasan impor, langsung impor," ujar Buwas di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (26/6/2023).

Menurut Buwas, perjanjian yang dilakukan Kemendag hanyalah sebatas antisipasi untuk mengamankan kepastian impor beras dari India.

Mengingat Indonesia akan menghadapi fenomena El Nino yang kata Buwas dapat mempengaruhi produksi, kurangnya penyerapan, dan kenaikan harga beras.

"Ini untuk ancang-ancang atau antisipasi. Kemarin itu Menteri Perdagangan tanda tangan dua negara. Ada kepastian dari negara (India) mereka suplai kita," katanya.

Ia mengatakan, Bulog akan ditugaskan untuk melakukan pelaksanaannya, tetapi harus melewasti Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) terlebih dahulu.

"Pelaksanaannya akan diserahkan ke Bulog, tapi belum lewat rakortas dengan perhitungan-perhitungan. Rakortasnya kapan, belum (ada informasi). Kan belum ada emergency," ujar Buwas.

Sebagai informasi, Pemerintah akan menugaskan Perum Bulog untuk melakukan impor 1 juta ton beras dari India.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Budi Santoso mengatakan, penugasan akan diberikan setelah nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) rampung.

"Itu nanti Bulog. Itu sudah ditugaskan. Tinggal MoU nya sebentar lagi selasai, terus bisa realisasi," katanya ketika ditemui di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/6/2023).

Adapun proses MoUnya saat ini, kata Budi, sedang dalam tahap finalisasi.

"Mudah-mudahan selesai ya sebentar lagi. Jadi, masih proses. Sebentar lagi selesai. Kalau sudah, tinggal mekanisme impor saja," ujar Budi.

Ia mengatakan bahwa dari pihak pemerintah Indonesia sejatinya sudah menuntaskan bagiannya, tetapi dari pemerintah India belum.

"Sebenarnya dari pihak kita sudah selesai, tapi tinggal tunggu (pemerintah) India. Mungkin ini tinggal beberapa hari saja sih selesai," kata Budi.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, impor beras ini guna mengantisipasi naiknya harga beras saat el nino.

Diketahui, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami awal musim kemarau pada April hingga Juni 2023.

Adapun puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli dan Agustus 2023.

"Kita harus ambil insiatif. Kalau (saat) el nino, berat hargnya. Kita enggak boleh beras kurang," kata Zulhas, sapaan akrabnya, di kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2023).

Ketua Umum Partai PAN itu mengatakan, pihaknya sudah menekan MoU untuk impor satu juta ton beras.

"Oleh karena itu saya sudah MoU dengan India. 1 juta (ton beras). Sewaktu-waktu bisa beli. Government to Government (G2G)," ujar Zulhas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini