TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Saham-saham perusahaan terbuka yang menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) dinilai memiliki pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, karena tidak semata memikirkan keuntungan jangka pendek.
Bahkan, kini kapitalisasi pasar 70 saham emiten ESG di Bursa Efek Indonesia menguasai 56,87 persen dari total market cap bursa atau senilai Rp 5.407 triliun
“Perusahaan yang menerapkan praktik ESG umumnya tidak hanya fokus pada pemegang saham mereka semata, tapi juga berbagai pemangku kepentingan yang lebih luas, sehingga perusahaan menjadi terpercaya dan akhirnya semakin banyak menarik pelanggan yang berujung pada peningkatan kinerja perusahaan secara positif,” jelas Direktur Infovesta Utama Parto Kawito dalam acara yang bertajuk “The Rise of ESG Investing in Indonesia” di Pasola, Ritz Carlton Pacific Place, Selasa (27/6/2023).
Baca juga: Akhir Bulan, Rupiah Naik ke Rp 14.993/Dolar AS, IHSG Turun Tipis ke 0,04 Persen 6.661
Lebih lanjut Parto memaparkan, pertumbuhan kuat dan berkelanjutan tersebut terlihat dari pertumbuhan indeks saham-saham perusahaan ESG yang jauh melampaui IHSG, ataupun saham-saham LQ-45 dan Kompas 100.
Dari empat indeks yang menjadi indikator emiten ESG, pertumbuhan tertinggi terjadi pada indeks 45 saham ESG IDX Kehati dan Indeks Sri Kehati yang masing-masing tumbuh 10,13 persen dan 9,16 persen dalam 1 tahun terakhir hingga 16 Juni 2023. Disusul kemudian indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati sebesar 6,9 persen dan IDX ESG Leaders sebesar 3,24 persen, sementara IHSG dan saham-saham LQ-45 pada periode yang sama tumbuh minus 4,99 persen dan 6,46 persen.
Pertumbuhan bisnis emiten-emiten ESG ini turut mendorong produk Reksa Dana berbasis ESG mencatatkan return (imbal hasil) yang positif, yakni rata- rata 12,6 persen dibandingkan return reksa dana non-ESG yang sebesar 1,27 persen. Total saat ini terdapat 33 produk reksa dana berbasis ESG dengan total dana kelolaan sebesaar Rp 4,8 triliun atau merupakan produk reksa dana terbanyak.
Hal ini dirasa positif terhadap upaya-upaya menopang Sustainable Development Goals dan memitigasi risiko global utama yang akan didominasi isu-isu lingkungan dan sosial dalam 10 tahun ke depan. Meskipun begitu, Parto mengingatkan bahwa investasi ESG saat ini yang meski memiliki peluang baik dari segi tren positifnya maupun adanya dukungan dari pemerintah, juga memiliki beberapa tantangan mendasar.
Parto juga menilai investasi terhadap perusahaan berbasis ESG masih memiliki awareness yang kurang dan keterbatasan perusahaan ESG itu sendiri. Oleh karena itu, Parto menilai perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk regulasi dari pemerintah dan otoritas agar semakin banyak perusahaan berbasis ESG menawarkan sahamnya di pasar modal.
Menanggapi hal ini, Sucor Asset Management sebagai Manajer Investasi, turut berkomitmen untuk meningkatkan awareness terhadap investasi berbasis ESG. Hal ini dilakukan dengan upaya menerbitkan beberapa produk tematik ESG.
Fund Manager Equity Sucor Asset Management, Alexander Yasa, menyampaikan bahwa melalui pendekatan ESG, baik bisnis maupun keputusan investasi tidak hanya memperhatikan keuntungan finansial semata, tetapi juga mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan sosial.
“Mendorong ekonomi berkelanjutan di Indonesia telah menjadi tujuan kita bersama, dan investasi berkelanjutan adalah salah satu alat untuk membawa kita ke sana (ekonomi yang berkelanjutan),” ungkap Alexander.
Dukungan terhadap praktik ESG ini juga dilakukan Sucor Asset Management dengan cara meluncurkan produk impact fund, seperti Sucorinvest Anak Pintar dan Sucorinvest Sustainability Equity Fund. Kesuksesan kedua produk ini akhirnya mendorong Sucor Asset Management untuk kembali menerbitkan produk tematik ESG pada bulan April 2023 lalu, yakni Sucorinvest Sharia Sustainability Equity Fund.
“Tren ESG yang saat ini berkembang pesat, tentu bisa turut mempercepat proses menuju bisnis dan investasi yang lebih berkelanjutan. Dan tentu, lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan,” lanjut Alexander.
Dalam mengelola Sucorinvest Sharia Sustainability Equity Fund, Sucor Asset Management bekerjasama dengan Yayasan KEHATI. Bentuk kerjasamanya adalah dengan membantu dalam pemilihan saham yang masuk dalam kriteria ESG, serta menyalurkan pemberian dana donasi yang berasal dari Reksa Dana Sucorinvest Sharia Sustainability Equity Fund. Dana donasi tersebut kemudian akan digunakan untuk kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati.