Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap orang membutuhkan akses ke layanan keuangan. Indonesia dengan populasi penduduknya yang terbesar di Asia Tenggara memiliki kelompok masyarakat yang underbanked yang juga terbesar di Asia Tenggara.
Masuk dalam kelompok underbanked ini di antaranya adalah UMKM dan nasabah retail. Mereka membutuhkan pinjaman untuk terus mengembangkan usahanya.
Sebagian ada yang terjerat pada pinjaman ilegal karena kebutuhan dana yang mendesak. Karena itu, kehadiran bank digital diyakini dapat membantu memberikan solusi dan mendukung produktivitas kalangan underbanked sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga: OJK Janji Aturan Terkait Inovasi Keuangan Digital Tak Seketat Industri Perbankan
Di acara webinar bertajuk “Digital Trends Altering Indonesia’s Banking Landscape” yang diselenggarakan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute, Kamis, 8 Juni 2023, Direktur Superbank Tigor M. Siahaan memaparkan perbankan digital maupun perbankan konvensional memiliki peluang besar untuk bertumbuh di tengah kebutuhan layanan perbankan yang tinggi di masyarakat.
Namun di menegaskan, antara bank digital dan bank konvensional keduanya memiliki pasar berbeda.
Dia menyebutkan, bank digital seperti Superbank fokus pada apa yang ada di depan. "Yang membuat kami berbeda adalah bahwa kami akan dapat memberikan solusi terhadap masalah akses pembiayaan yang dihadapi masyarakat Indonesia, dimulai dengan ekosistem kami terlebih dahulu," paparnya.
Dia menjelaskan di ekosistem Superbank, baik di Grab maupun Emtek, pihaknya mengetahui data dan flow transaksi merchant, kios dan warung di ekosistem Superbankan. "Sehingga kami dapat lebih fokus pada UMKM dan segmen ritel," ujarnya.
"Data yang telah terintegrasi itu merupakan aset yang unik, yangdapat digunakan oleh Superbank untuk melakukan assesment atau credit scoring terhadap nasabah-nasabah tersebut,” kata Tigor.
Dia mengatakan, Superbank menyasar segmen unbanked dan underbanked yang membutuhkan akses keuangan untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan keluarganya, seperti untuk membayar biaya sekolah anak-anak mereka atau memperluas warung atau kios usaha namun tidak memiliki akses ke pembiayaan.
Tigor menekankan pentingnya ekosistem grup dalam mendukung pertumbuhan bisnis Superbank. Dia menganalogikan data yang terkumpul dalam ekosistem grup sebagai kumpulan resep makanan bagi Superbank.
Dengan data-data tersebut, mereka ingin ‘memasak’ atau membangun model credit scoring yang kuat dan kredibel, serta memberikan layanan yang lebih terarah ke segmen-segmen yang difokuskan. “Datanya ada, resepnya tersedia, kami hanya perlu ‘memasaknya’,” jelasnya.
Baca juga: Perbankan dan Fintech Kolaborasi Jangkau Pelaku UMKM
Privasi data pengguna
Privasi data pelanggan menjadi pembicaraan di mana-mana belakangan ini. Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) No. 7 Tahun 2022 untuk melindungi data pribadi warga negara Indonesia, memastikan kedaulatan data Indonesia, termasuk penggunaan dan pengelolaan data oleh industri, serta lembaga negara.
“Bicara soal privasi data, banyak orang lebih fokus pada aspek kriminalnya. Namun, kita juga perlu memperhatikan edukasi kepada pelanggan mengenai privasi data. Harus ada informasi yang jelas dan terbuka dari bank dan pihak penyedia jasa keuangan kepada para nasabah. Ini salah satu yang membedakan bank digital berlisensi dengan penyedia jasa keuangan ilegal,” kata Tigor.
Karena itu dia selalu mengimbau nasabah untuk selalu waspada dan cermat ketika membaca syarat dan ketentuan sebelum mereka memberikan persetujuan dan mendaftar ke aplikasi apa pun.
Dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi, ancaman serangan siber menjadi salah satu hal yang perlu diantisipasi. Tigor menilai perlunya kolaborasi antarpemain di industri perbankan dan para pemangku kepentingan dalam mengatasi ancaman keamanan siber.
“Kta perlu belajar bersama dan menjalin kerja sama. Makin banyak kita belajar dan saling membantu, maka pengetahuan kita akan semakin kuat untuk mengantisipasi dan mengatasi risiko keamanan yang mungkin terjadi,” ucapnya.
Baca juga: BCA Ciptakan Lingkungan Kerja Adaptif Hadapi Tantangan Industri Perbankan
Peran regulator
Tigor menilai peran dan dukungan regulator amat penting bagi pertumbuhan industri perbankan digital dan perekonomian di Tanah Air.
“Menurut saya, OJK sangat suportif. Mereka memahami dinamikanya, dan memahami bahwa segmen underbanked itu besar. Meski begitu, ada satu hal yang menurut saya juga amat penting untuk menjadi fokus, bagaimana kita mengembangkan talent pool di Tanah Air, memastikan talenta-talenta terbaik di negeri ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Tigor juga melihat ada banyak pertumbuhan di pasar, tetapi belum diiringi dengan pertumbuhan talent pool yang cepat.
“Kami merasa Indonesia harus membuka diri untuk menampung tenaga-tenaga ahli dari seluruh dunia untuk berkarya di Indonesia. Dengan menjadikan Indonesia magnet bagi ‘tech’ talent pool, kami berharap bahwa perkembangan talenta dalam negeri akan lebih cepat lagi ke depannya,” pungkasnya.