News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Acuan Pembelian Gula Naik, Ini Kata Akademisi  

Penulis: Sanusi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI. Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah mengisyaratkan kenaikan HAP gula di level produsen sebesar Rp 12.500 per kg.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebagai salah satu komoditas pangan nasional, Harga Acuan Pembelian (HAP) gula nasional dipandang sudah sepatutnya untuk dinaikkan. 

Kondisi ini menyusul kenaikan harga gula global yang telah mencapai titik tertingginya dalam 10 tahun terakhir. Kenaikan HAP gula ini menjadi solusi terbaik sehingga ketersediaan gula di konsumen dapat terus terpenuhi. 

Pengamat ekonomi LPEM FEB UI Teuku Riefky, mengatakan kenaikan HAP gula nasional sebenarnya sudah dibahas di level pemerintah. Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga telah mengisyaratkan kenaikan HAP gula di level produsen sebesar Rp 12.500 per kg.

Baca juga: Punya Stok 449 Ribu Ton, Holding Perkebunan Nusantara Jaga Kestabilan Harga Gula 

Namun, pelaku industri memandang kenaikan dengan jumlah tersebut masih belum cukup. 

“Dengan tingginya harga gula global saat ini, kenaikan HAP gula di level Rp 12.500 per kg berpotensi masih belum menyesuaikan dengan kenaikan harga gula level global. Imbasnya, importir gula relatif masih akan mengalami kerugian sekitar Rp 2.000 per kg," ujar Teuku Riefky, Senin (3/7/2023). 

Teuku Riefky menegaskan, apabila dinaikkan ke level Rp 15 ribu-Rp 16 ribu per kg relatif bisa mengimbangi kenaikan harga gula di level global, sehingga berpotensi menjaga keseimbangan pasokan akibat mekanisme pasar dengan adanya penyesuaian harga di pasaran. 

"Kenaikan HAP gula juga harus segera dieksekusi secepatnya. Apabila masih terjadi tarik-ulur, dikhawatirkan sektor gula nasional akan semakin terjerembab. Hal ini tidak lepas dari kondisi iklim global khususnya El-nino yang diprediksi akan terus terjadi hingga awal tahun 2024," terangnya. 

Kondisi El-nino ini berpotensi mengganggu panen tebu dan juga ketersediaan gula. Terlebih, stok gula industri juga semakin menipis hingga September 2023.

“Kenaikan HAP gula yang tidak sesuai dengan kenaikan tingkat harga di level global berpotensi menimbulkan market distortion, misalnya dalam bentuk penurunan stok akibat sebagian gula konsumsi yang berpotensi digunakan oleh industri kecil. Di sisi lain, industri besar juga berpotensi untuk menahan stok yang berisiko menimbulkan kelangkaan di level konsumen seiring dengan semakin mahalnya impor," papar Riefky. 

Oleh karena itu, kenaikan HAP gula nasional menjadi potensi solusi yang harus diimplementasikan oleh pemerintah untuk menjaga ketersediaan gula di level konsumen. Pemerintah juga didorong harus belajar dari permasalahan kelangkaan minyak goreng yang pernah terjadi tahun lalu dan membuat kegaduhan di masyarakat. 

“Berkaca dari pengalaman kelangkaan minyak goreng tahun lalu, diperlukan adanya usaha pemerintah untuk menjaga kecukupan stok gula domestik. Potensi kelangkaan gula di dalam negeri memiliki risiko yang relatif tinggi menimbang sudah masuknya tahun politik," pungkas Riefky.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini