News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

VIDEO Bisnis Pertashop Jeblok, Pengusaha Sebut Karena Disparitas Harga Antara Pertamax dan Pertalite

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Srihandriatmo Malau
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pengusaha Pertashop yang tergabung dalam Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengeluh lantaran bisnisnya mengalami penurunan omzet.

Sekretaris Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan DIY, Gunadi Broto Sudarmo mengungkapkan, penurunan kinerja ini disebabkan disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite yang tergolong masih cukup tinggi.

Sehingga, masyarakat banyak yang cenderung membeli Pertalite.

"Saat kita ingin maju, ada gejolak dunia perang antara Ukraiana-Rusia dan berpengaruh terhadap ekonomi mikro yang disebabkan melonjaknya harga minyak dunia."

"Akhirnya terjadinya disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite."

"Karena di Pertashop hanya jual Pertamax dan Dexlite," papar Gunadi saat melakukan rapat bersama Komisi VII DPR-RI, Senin (10/7/2023).

Sebagai informasi, Pertashop (Pertamina Shop) adalah outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM non subsidi, LPG non subsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya dengan mengutamakan lokasi pelayanannya di desa atau di kota yang membutuhkan pelayanan produk ritel Pertamina.

Diketahui, tingginya disparitas antara kedua jenis BBM tersebut terjadi sejak tahun 2022.

Sementara untuk saat ini harga Pertama senilai Rp 12.400 per liter, sedangkan Pertalite dibanderol Rp 10.000 per liter.

Dengan gap harga yang selisihnya Rp 2.400 per liter, banyak masyarakat yang lebih memilih mengkonsumsi Pertalite untuk kendaraannya. Dengan alasan jauh lebih murah.

Turunnya kinerja penjualan sangat berdampak terhadap arus keuangan para pengusaha Pertashop.

Menurut Gunadi, terdapat efek domino yakni penjualan menurun drastis dan laba menjadi rugi, kemudian cicilan bank tak terpenuhi. Sehingga satu-per satu Pertashop tutup karena gaji karyawan tak terpenuhi.

Asal tahu saja, banyak pengeluaran yang harus dibayar para pengusaha Pertashop. Mulai dari gaji operator, pajak, uang kebersihan, listrik, air hingga biaya sewa lahan.

"Omzet kami menurun drastis hingga 90 persen. Usaha Pertashop tidak memberi keuntungan, justru merugi. Pertashop yang tutup atau merugi terancam tersita aset nya, karena tidak sanggup membayar angsuran," pungkasnya.(Tribunnews.com/Bambang Ismoyo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini