TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah mengapresiasi kinerja Pemerintah yang dapat mempertahankan pendapatan negara dari pajak.
Sebab belakangan ini, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan digempur berbagai isu negatif.
"Kami mengapresiasi kinerja pemerintah pada sektor perpajakan. Di tengah gempuran isu miring terkait perpajakan, pemerintah masih bisa mempertahankan kinerja penerimaan perpajakan," kata Said dalam keterangan yang diterima, Selasa (11/7/2023).
Baca juga: Cara Bayar Pajak Kendaraan Bermotor Secara Online Melalui Aplikasi SIGNAL, Mudah dan Cepat
Said mencontohkan, realisasi penerimaan pajak pada akhir Juni 2023 mencapai Rp 970,2 triliun atau berada pada tingkat 56,5 persen dari target.
Penerimaan pajak tumbuh 9,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Said mengungkapkan, pemerintah harus melakukan mitigasi atas kinerja penerimaan cukai yang tumbuh negatif 18,8 persen.
“Realisasi penerimaan bea cukai mencapai Rp 135,4 triliun. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, kinerja penerimaan cukai senantiasa melebihi target dan menopang pendapatan negara,” jelasnya.
Selain kinerja, Said juga mengapresiasi peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada semester 1-2023 sebesar Rp 302,1 triliun atau meningkat 5,5 persen yoy.
Tingginya PNBP tersebut, kata dia, patut disyukuri karena kinerja komoditas non-minyak dan gas (migas) tumbuh sebesar 94,7 persen yoy.
Sementara itu, realisasi belanja negara sampai dengan akhir Juni 2023 mencapai Rp 1.255,7 triliun atau telah mencapai 41 persen dari target belanja dalam APBN 2023 sebesar Rp 3.061,2 triliun.
“Kita harapkan pemerintah bisa melakukan percepatan spending agar memberikan efek ungkit lebih awal bagi perekonomian nasional, tetapi harus disertai dengan prinsip tata kelola penggunaan keuangan negara dengan baik,” ucap Said.
“Suksesi kepemimpinan nasional yang akan segera berlangsung tidak serta merta membuat pelaku ekonomi wait and see."
Baca juga: Pegawai Ditjen Bea Cukai dan Pajak Korupsi, KPK: Sistem Pengawasan Lemah
Menurut Said, pelaku ekonomi semakin melek terhadap situasi politik nasional.
Pelaku ekonomi, sebut Said, kini telah mengerti bahwa perekonomian harus terus bergerak tanpa khawatir akan dinamika politik yang berimplikasi terhadap ketidakpastian kebijakan.
“Demikian halnya dengan konsumen. Keyakinan konsumen atas makin optimisnya perekonomian nasional bisa kita rujuk dari survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada Juni 2023,” jelas Said.
Said menuturkan, berdasarkan survei BI, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per Mei 2023 mencapai 128,3 atau lebih tinggi dibandingkan pada April 2023 sebesar 126,1.
Baca juga: Artis hingga Selebgram Dapat Produk Hasil Endorse Harus Bayar Pajak, Ini Penjelasannya
Pergerakan perekonomian nasional, kata Said, juga terpantau dari tingkat konsumsi listrik pada sektor bisnis dan industri yang meningkat.
“Konsumsi listrik pada sektor bisnis pada Mei 2023 meningkat sebesar 16,4 persen dan sektor industri meningkat sebesar 14,2 persen year-on-year (yoy),” ucapnya.
Selain listrik, ia menjelaskan, konsumsi semen nasional juga melonjak menjadi 25,3 persen yoy.
Indeks Penjualan Riil (IPR) sebagaimana dirilis oleh BI per Mei 2023 juga tumbuh tipis 0,02 persen atau 234,2.
“Pertumbuhan tersebut ditopang oleh ekspansinya sektor makanan, minuman, tembakau dan sandang,” imbuh Said.
Selain itu, lanjut dia, Purchasing Manufacture Index (PMI) Indonesia juga terjaga dengan baik.
Said menyebut, indeks PMI terus naik, dari semula di posisi 50,3 pada Mei 2023 menjadi 52,7 pada Juni 2023. Posisi ini menjelaskan bahwa PMI Indonesia dalam lintasan yang cukup baik.
Ia menilai, kepercayaan konsumen atas membaiknya perekonomian nasional telah mendongkrak kinerja sektor kredit.
“Perbankan menyalurkan kredit pada Mei 2023 sebesar Rp 6.561,2 triliun atau tumbuh 9,4 persen (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pada April 2023 yang tumbuh sama tapi berada di level 8,1 persen yoy," tuturnya.
Said menegaskan, keyakinan konsumen dan kepercayaan investor atas prospek perekonomian nasional harus dikelola baik oleh pemerintah.
Momentum itu, kata dia, harus terus dijaga agar daya ekspansi perekonomian nasional memberikan dampak ke berbagai sektor, seperti pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas, penguatan industri nasional, penyerapan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.
Ekonomi tumbuh
Dengan kinerja yang kian ekspansif, Said berharap, pertumbuhan perekonomian pada semester 2-2023 jauh lebih baik dari kuartal I-2023 sebesar 5,03 persen yoy.
“Pencapaian ini masih lebih baik dari sejumlah negara maju dan kawasan. Pada kuartal I-2023 pertumbuhan ekonomi Tiongkok 4,5 persen, Jepang hanya 1,3 persen, AS 1,6 persen, India 4,1 persen, dan Uni Eropa hanya 1,3 persen,” katanya.
Meski demikian, Said menjelaskan, berbagai harga komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti minyak sawit, nikel, batu bara, dan minyak bumi, cenderung menurun. Dampak penurunan ini terasa pada kinerja ekspor Indonesia.
Dampak penurunan tersebut, kata dia, memang terasa pada kinerja ekspor Indonesia.
“Secara kumulatif antara Januari hingga Mei 2023, nilai ekspor Indonesia mencapai 108,05 miliar dollar AS atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2022 yang mencapai 114,97 miliar dollar AS, kendati kita masih bisa menjaga surplus neraca perdagangan 4,4 miliar dollar AS,” ucap Said.
Oleh sebab itu, lanjut dia, agenda perluasan program hilirisasi harus dipercepat untuk terus menjaga surplus perdagangan nasional.
Hingga akhir Juni 2023, kata Said, realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.4079 triliun atau tumbuh 5,4 persen dari realisasi periode yang sama pada 2022.
“Realisasi pendapatan negara juga telah telah mencapai 57,2 persen dari target yang sebesar Rp 2.463 triliun,” imbuhnya.