News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sejak 2017 Hingga Mei 2023, Industri Fintech Salurkan Pendanaan Rp 621 Triliun ke UMKM

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perusahaan financial technology yang tergabung di Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) telah menyalurkan pendanaan sebanyak Rp 621 triliun dari 2017 hingga Mei 2023 ke para pelaku UMKM.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan financial technology yang tergabung di Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) telah menyalurkan pendanaan sebanyak Rp 621 triliun dari 2017 hingga Mei 2023 ke para pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Sejak tahun 2017 hingga Mei 2023 anggota AFPI telah melakukan pendanaan secara anggregat sebesar Rp 621 triliun, di mana outstanding pinjaman per Mei 2023 sebesar Rp 51 triliun," kata Sekretaris Jenderal AFPI Sunu Widyatmoko dalam acara Peluncuran Eksklusif Riset AFPI dan EY Parthenon "Studi Pasar dan Advokasi UMKM di Indonesia" di Jakarta, Jumat (14/7/2023).

Angka Rp 621 triliun tersebut, kata Sunu, masih jauh dari total kebutuhan pendanaan UMKM di tanah air. Berangkat dari situ, AFPI menggandeng EY Parthenon Indonesia untuk mengkaji kondisi UMKM di dalam negeri.

Dalam riset tersebut, Sunu menyebutkan ada beberapa temuan menarik terkait segmentasi UMKM yang dapat mendukung pengambilan kebijakan berdasarkan tingkat literasi agar penyaluran pendanaan dapat tepat sasaran.

"Berdasarkan hasil riset EY, total kebutuhan pembiayaan UMKM pada 2026 diproyeksikan mencapai Rp 4.300 triliun dengan kemampuan suplai saat ini sebesar Rp 1.900 triliun," ujar Sunu.

"Artinya, masih terdapat selisih Rp 2.400 triliun total pembiayaan sektor UMKM," lanjutnya.

Baca juga: Siapkan IPO, Fintech Akseleran Bidik Tambahan Modal Rp358 Miliar

Sunu mengatakan sektor ini diprediksi memiliki pertumbuhan kurang lebih 7 persen dari periode 2022 hingga 2026. "Hal ini menyebabkan kredit gap akan terus bertambah," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini