Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan merestui ekspor kratom. Hal tersebut disampaikan mnya saat menerima kunjungan petani kratom yang tergabung Asosiasi Petani Purik Indonesia (Appuri), delegasi Amerika Serikat, serta asosiasi kratom Amerika Serikat.
Kunjungan tersebut dalam rangka US-Indonesia Kratom Trade and Health Summit 2023, sekaligus membahas langkah pemerintah Indonesia terkait kratom.
"Kita ekspor kratom, penggunaanya banyak manfaatnya di negara pengimpor. Saya setuju untuk ekspor. Penggunaannya terserah negara lain. Kalau di dalam negeri tidak boleh oke, tapi ekspor, untuk bikin obat-obatan, itu juga baik untuk medis. Terserah mereka," ujar Mendag.
"Kita dapat dollar-nya, menambah devisa negara, serta tanaman kratom ini adalah tanaman karbon. Petani makmur, bisa sekolah, bisa sejahtera. Nanti saya cari caranya," lanjutnya, Rabu (26/7/2023).
Ketua Appuri, Ibrahim mengatakan, permintaan kratom dari Amerika Serikat saat ini sangat besar.
Baca juga: Mengenal Kratom, Tumbuhan Asli Asia Tenggara yang Daunnya Mengandung Banyak Senyawa Kimia
"Setiap tahun permintaanya terus bertambah. Saat ini saja permintaannya sekitar 4.000 sampai 5.000 ton per bulan," kata Ibrahim, petani keratom asal Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Sebagai informasi, kratom kini menjadi komoditas andalan Kalimantan Barat. Bahkan Kalbar, menjadi salah satu pemasok terbesar komoditas kratom dari Indonesia ke Amerika Serikat.
Baca juga: Asosiasi Kratom AS Berharap Kemenkes RI Dukung Petani Purik Indonesia
Selain memiliki efek kesehatan, membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Kalbar, kratom yang merupakan tanaman karbon, yang bermanfaat sebagai paru-paru dunia.
Namun, belakangan petani kratom menjadi 'gamang' setelah Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutnya mengandung zat adiktif, dan menuai tanggapan dari masyarakat.