Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan melemah pada Kamis (27/7/2023), dari kemarin ditutup anjlok ke Rp 15.022 per dolar AS.
Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah dapat kembali melemah hingga Rp 15.080.
"Untuk perdagangan Kamis, mata uang rupiah fluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp 15.010 per dolar AS hingga Rp 15.080 per dolar AS," ujar dia melalui risetnya, Kamis (27/7/2023).
Baca juga: Rabu Sore, Laju Rupiah Ditutup Kembali Merosot di Atas Rp 15.000 per Dolar AS
Dia menjelaskan, sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah dolar mendapat dorongan Selasa lalu ketika data menunjukkan kepercayaan konsumen AS naik ke level tertinggi dua tahun pada Juli karena inflasi turun, sementara ekonomi menunjukkan ketahanan meskipun suku bunga lebih tinggi.
Kemudian, Federal Reserve atau Bank Sentral AS menyelesaikan pertemuan penetapan kebijakan dua hari di akhir sesi ini dan secara luas mengesahkan kenaikan seperempat poin, yang akan menjadi kenaikan ke-11 dalam 12 pertemuan kebijakan terakhirnya.
Namun, ada ketidakpastian mengenai apakah bank sentral akan berusaha menaikkan suku lagi di akhir tahun atau apakah kenaikan ini menandai akhir dari siklus pengetatan yang agresif.
"Dengan demikian, komentar dari Ketua Jerome Powell setelah keputusan tersebut akan dipelajari dengan seksama untuk petunjuk pemikiran para pembuat kebijakan," kata Ibrahim.
Sementara itu, sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni Lembaga Pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) meningkatkan outlook Indonesia menjadi positif dari sebelumnya stabil, dan mempertahankan Peringkat Republik Indonesia pada BBB+ atau dua level di atas tingkat terendah Investment Grade.
Keputusan ini didukung oleh kinerja ekonomi RI yang tetap kuat dan ketahanan ekonomi yang terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi global, inflasi dan defisit fiskal yang kembali dalam target lebih cepat dari perkiraan, stabilitas keuangan yang terjaga, serta tren penurunan rasio utang pemerintah.
Baca juga: Siang Ini Rupiah Menguat Mulai Tinggalkan Rp15.000 per Dolar AS
"Peningkatan outlook Indonesia menunjukkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga, di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pasar keuangan yang meningkat," tutur Ibrahim.
Dia menambahkan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Selain itu, terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah untuk mendukung percepatan transformasi ekonomi menuju ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Baca juga: Siang Ini Rupiah Menguat Mulai Tinggalkan Rp15.000 per Dolar AS
Di samping itu, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan PDB akan berada pada kisaran 5 persen hingga 5,3 persen pada 2023.
Kebijakan struktural yang ditempuh pemerintah terkait perbaikan lingkungan bisnis, pembangunan infrastruktur, dan penguatan sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam pencapaian target pertumbuhan jangka menengah.
"R&I menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid pada 2023, meski sedikit tertahan pada paruh kedua. R&I memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 5 persen untuk tahun 2024 dan beberapa tahun selanjutnya," pungkasnya.