Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Sebanyak 700 bankir dan eksekutif keuangan dari perbankan top asal Amerika seperti JPMorgan Chase, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley tengah bersiap untuk melakukan aksi mogok kerja.
Ancaman ini dilontarkan usai sejumlah layanan perbankan di Amerika kompak merombak sistem kerja dengan mewajibkan para karyawannya untuk bekerja dari kantor 5 kali dalam seminggu.
Perubahan sistem kerja ini jadi yang pertama kali dilakukan bank-bank besar di Wall Street, sejak tiga tahun terakhir. Mengingat selama pandemic covid, perbankan top Amerika ini menerapkan budaya hybrid atau kombinasi bekerja di kantor (WFO) dan bekerja dari rumah (WFH) menyesuaikan jadwal dari masing-masing karyawan.
Baca juga: Hapus Sistem WFH, Zoom Minta Pegawai Kembali Bekerja di Kantor Jadi yang Pertama Sejak Pandemi
Namun belakangan setelah organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghapus status darurat global covid-19, sejumlah perusahaan mulai mewajibkan karyawannya untuk kembali bekerja di kantor.
Pejabat korporat dari perbankan JPMorgan Chase, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley menilai kebijakan bekerja dari kantor dapat mempermudah karyawan dalam berkolaborasi dan meluncurkan berbagai jenis inovasi dengan begitu kinerja perusahaan dapat berjalan secara optimal.
Terlebih selama beberapa bulan terakhir perbankan investasi AS telah mengalami penyusutan laba akibat menurunnya daya minat investor dalam melakukan penanaman modal kredit. Imbas tekanan ini lembaga pemeringkat Moody's bahkan menurunkan peringkat kredit 10 bank top asal Amerika Serikat,
Meski belum resmi diberlakukan, namun perubahan sistem kerja ini telah mendapat banyak penolakan dari para bankir dan eksekutif perbankan. Mereka menganggap kebijakan kerja dari kantor dapat menghilangkan fleksibilitas dalam bekerja.
Bahkan, beberapa di antara karyawan ada yang memilih mengundurkan diri alias resign ketimbang harus kembali ke kantor, lantaran jarak rumah ke tempat kerja sangat memakan waktu.
Survei Deloitte mencatat sebanyak 66 persen bankir kemungkinan besar akan mungkin untuk meninggalkan pekerjaan mereka, apabila layanan perbankan menghilangkan sistem kerja WFH.
“Perbankan AS akan kehilangan ratusan karyawan yang di dominasi wanita berbakat dalam jangka waktu 12 bulan ke depan,” jelas lembaga survey Deloitte.
“Proyeksi ini sejalan dengan hasil jajak pendapat yang menunjukkan hampir separuh perempuan akan meninggalkan perusahaan mereka apabila sistem kerja diubah,” tambah Deloitte.
Sementara itu di tengah memanasnya aksi mogok kerja, Citigroup, UBS dan Bank of New York Mellon menegaskan bahwa mereka akan terus merangkul lebih banyak fleksibilitas untuk mempertahankan bankir bertalenta guna menjaga stabilitas perusahaan di tengah ancaman krisis.