Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jalannya pemilihan umum (Pemilu) yang akan berlangsung di Indonesia tahun 2023 dikhawatirkan akan membuat investasi melesu.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, biasanya investasi baru yang masuk saat setahun menjelang dan sepanjang penyelenggaraan Pemilu akan melambat.
"Sepanjang tahun pemilu seperti 2009, 2014, 2019, itu investasi turun. Jadi pertanyaannya adalah how to break this cycle," kata Andry Asmoro dalam konferensi pers daring, Selasa (22/8/2023).
Untuk periode tahun politik 2023 hingga masa pemilu 2024, Andry mengungkap ada kemungkinan siklusnya bisa berhenti. Syaratnya, investasi harus konsisten tumbuh seperti di kuartal dua.
"Kalau misalnya investasi ini bisa tetap tumbuh dengan pola yang seperti di kuartal dua yang lalu, kami masih bisa meyakni bahwa pertumbuhan ekonomi akan ada di lima persenan tahun 2023 dan 2024," ujar Andry.
Di sisi lain, kegiatan politik di semester II justru disebut dapat memberikan efek positif bagi pertumbuhan konsumsi Indonesia.
"Kalau dari sisi konsumsi sendiri masih rata-rata tumbuh bisa di kisaran lima persen. Pola konsumsi sepanjang atau menjelang pemilu itu meningkat," kata Andry.
Baca juga: Tarif Tol Sedyatmo dan Jagorawi Kok Naik Lagi, Anggota DPR: Ekonomi Indonesia Sedang Tidak Baik
Setahun menjelang pemilu, konsumsi akan semakin meningkat. Ia mencontohkan pengeluaran untuk makanan meningkat 0,29 persen. "Sementara yang di tahun sepanjang pemilu malah turun," ujar Andry.
Baca juga: Sektor Ritel Modern Melemah di Kuartal II, Aprindo: Bertolak Belakang dari Pertumbuhan Ekonomi RI
Pengeluaran di tahun pemilunya berlangsung, ia mengatakan lebih banyak dikeluarkan untuk selain makanan.
"Ini bayangan saya adalah pengeluaran untuk belanja misalnya kampanye, kaos, dan lain sebagainya," katanya.