Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia menjalin kerja sama dengan Korea Selatan (Korsel) di rangkaian KTT ke-43 ASEAN di Jakarta. Satu di antara kerja sama tersebut adalah Pembangkit Listrik USCR (Ultra Selective Catalytic Reduction) Jawa 9 & 10 di Cilegon, Banten, yang mana menjadi pembangkit hybrid pertama menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau dalam proses produksinya.
Kerja sama proyek itu dilakukan antara PT Indo Raya Tenaga (IRT) sebagai pemilik dan operator PLTU Jawa 9 dan 10, dengan perusahaan asal Korsel, Doosan Enerbility.
President Director Indo Raya Tenaga, Peter Wijaya mengatakan, PLTU ini bersama pembangkit lain kembarannya di Korea, diharapkan bisa menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau dengan tujuan mendukung kebijakan net zero emission atau nol emisi karbon kedua negara.
“Kenapa PLTU Jawa 9 & 10 menginisiasikan green ammonia, karena seperti diketahui Jawa 9 & 10 merupakan satu-satunya pembangkit yang menggunakan teknologi SCR di Indonesia. Karena adanya teknologi itu, Jawa 9 & 10 bisa dianggap sebagai power plant hybrid yang menjadikan amonia sebagai bahan bakar hingga 60 persennya. Ini sudah di-review dengan PLN engineering dan hasilnya memuaskan,” papar Peter, Kamis (7/9/2023).
Ia memaparkan, kedua pihak telah sepakat melakukan studi bersama mengembangkan roadmap dan perencanaan atas permintaan dan rantai pasokan amonia hijau di Indonesia.
Diakuinya, hingga saat ini, belum ada pembangkit yang menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau secara komersial.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Beberkan soal Pensiun Dini PLTU, Bakal Berimbas ke Keuangan PLN?
Namun, hasil review yang dilakukan pihaknya bersama pemangku kepentingan di Korea, seperti Kepco (Korea Electric Power Corporation) Research Institute, kemudian Komipo (Korea Midland Power Co. Ltd), dan pabrikan yaitu Doosan, beberapa waktu lalu, menyimpulkan hal sangat positif.
Didapati, bahwa boiler pada pembangkit berteknologi SCR ini memang bisa menggunakan amonia hijau dan hidrogen hijau sampai 60 persen dari materi energi yang dipakai guna produksi listriknya.
Vice President dari Doosan Power, Shin Dongkyu menambahkan, pihaknya selama ini mengembangkan beragam inovasi teknologi maju yang bertujuan menciptakan produk-produk ramah lingkungan dan mendukung tercapainya net zero emission.
Baca juga: Kurangi Polusi Udara, Pelaku Industri di Tangerang Stop Penggunaan PLTU dan Beralih Pakai Listrik
“Senantiasa kami berupaya menciptakan produk berteknologi tinggi yang ramah lingkungan,” katanya.
Amonia hijau dan hidrogen hijau sendiri adalah bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi karbon dalam proses produksi dan penggunaannya.
Penggunaan keduanya merupakan salah satu solusi transisi energi yang sudah mulai diadaptasi oleh negara-negara maju untuk bahan bakar pembangkit listrik dan kendaraan bertenaga listrik.