TRIBUNNEWS.COM -- Harga minyak mentah terus melonjak di tengah pembatasan produksi global.
Minyak mentah Brent dengan pengiriman November di bursa ICE London melampaui 95 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak 15 November 2022.
Dilaporkan TASS, pada Selasa (19/9/2023) harga Brent naik 0,49 persen menjadi 95,03 dolar AS per barel, kemudian dalam beberapa jam naik lagi menjadi 95,08 dolar AS (naik 0,54 persen).
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak, Tertinggi di Tahun 2023
Pada saat yang sama, minyak mentah WTI berjangka untuk pengiriman November naik 0,25 persen menjadi 91,34 dolar AS per barel.
Sementara dilaporkan Reuters, harga minyak mentah di sejumlah negara bahkan sudah tembus 100 dolar AS/barel.
Harga langsung minyak mentah Nigeria Qua Iboe melampaui 100 dolar AS per barel pada hari Senin, menurut data LSEG.
Minyak mentah Tapis Malaysia mencapai 101,30 dolar AS pada minggu lalu, kata Bjarne Schieldrop, analis di bank Swedia SEB, dalam sebuah laporan.
Minyak telah naik ke level tertinggi pada tahun 2023 karena investor fokus pada prospek defisit pasokan pada kuartal keempat setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan.
Keduanya adalah produsen terbesar di kelompok OPEC+, yang sebagian besar anggotanya juga membatasi produksi.
“Situasi keseluruhannya adalah Arab Saudi dan Rusia memegang kendali kuat atas pasar minyak,” kata Schieldrop.
Minyak berjangka Brent, patokan global, diperdagangkan setinggi 94,89 dolar AS pada hari Senin dan patokan terkait yang digunakan untuk memperdagangkan sebagian besar kargo fisik dunia, yang disebut Brent, berada tepat di atas 96 dolar AS menurut LSEG.
Qua Iboe, dan beberapa harga minyak mentah lainnya terhadap Brent, sudah berada di atas 100 dolar AS karena didasarkan pada harga Brent ditambah selisih tunai atau premium, yang saat ini dinilai oleh LSEG sekitar 4,25 dolar AS per barel.
Schieldrop mengatakan Brent kemungkinan besar akan bergerak di atas 100 dolar AS karena "hanya diperlukan kebisingan untuk membawanya ke atas." Bank Swiss UBS melihat kontrak berjangka Brent mencapai tiga digit.
“Kami memperkirakan Brent akan diperdagangkan pada kisaran 90–100 dolar AS selama beberapa bulan mendatang, dengan target akhir tahun sebesar 95 dolar AS,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.