Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke level Rp15.699 pada Rabu sore (11/10/2023).
Sebelumnya pada penutupan Selasa kemarin (10/10/2023), mata uang Garuda berada di level Rp15.738. Beberapa hari ke belakang, nilai tukar mata uang Garuda mengalami tren pelemahan.
Melemahnya rupiah terhadap dolar AS sudah diprediksi oleh analis. Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra telah mengungkapkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (11/10/2023) terus mengalami fluktuasi.
Hal ini disebabkan adanya ekspektasi Bank Central Amerika Serikat (AS) alias The Fed yang diprediksi masih mempertahankan suku bunga yang tinggi.
"Dengan naik nya kembali USD-IDR ke atas kisaran Rp15.700 kemarin, ini mengindikasikan bahwa pelemahan masih membayangi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS," ucap Ariston kepada Tribunnews, Rabu (11/10/2023).
"Ekspektasi suku bunga tinggi AS dan ditambah konflik bersenjata Israel-Hamas masih menjadi sentimen pelemah rupiah terhadap dollar AS," sambungnya.
Namun, lanjut Ariston, salah satu petinggi Bank Sentral AS yakni Raphael Bostic dan Neel Kashari, sempat memberikan komentar bahwa kenaikan suku bunga acuan AS tidak diperlukan lagi.
Baca juga: BCA Belum Akan Naikkan Suku Bunga, Konflik Israel-Hamas Belum Berdampak ke Perbankan RI
Komentar ini sedikit banyak menurunkan penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya. Dengan adanya sentimen tersebut, nilai tukar mata uang Garuda diprediksi masih akan mengalami fluktuasi.
Ariston menyebut, ada potensi pelemahan pada hari ini ke level Rp15.750. Namun juga ada potensi penguatan hingga di angka Rp15.680.
Baca juga: Harga Minyak Terkerek Konflik Israel-Palestina, Harga BBM Pertamina Akan Ikut Naik?
"Potensi penguatan ke arah Rp15.700-Rp15.680, dengan potensi pelemahan ke kisaran Rp15.750," papar Ariston.
"Masih Ada data di pekan Ini yang bisa menggerakan dollar AS yaitu data inflasi AS di Hari Rabu dan Kamis dan Notulen Rapat Bank Sentral AS dinihari nanti. Kalau data-data tersebut masih menunjukkan potensi inflasi rebound, dollar bisa menguat lagi," pungkasnya.