Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini banyak pengusaha apotek di Tanah Air menemui kendala saat melakukan pemesanan obat untuk ke pedagang besar farmasi (PBF) atau distributor obat untuk menjaga stok dan ketersediaan obat di apoteknya.
Mereka harus melakukan pemesanan manual, seperti mengunduh form yang disediakan PBF, kemudian mengisi kebutuhan obat yang diminta di form, lalu mengirimkannya ke PBF/distributor farmasi via email.
Metode pemesanan seperti ini menjadi tidak efisien karena stok obat yang terdapat di apotek biasanya dipasok atau berasal dari banyak PBF/distributor obat.
Kendala-kendala ini yang kini ingin diatasi oleh software apotek dengan jaringan terbesar di Indonesia VMedis bekerja sama dengan Tetama, platform distributor farmasi online.
Solusi yang ditawarkan ke pemilik apotek adalah metode pemesanan obat cukup lewat satu pintu.
Baca juga: Ekspansi ke Pusat Perbelanjaan, Apotek Ini Usung Konsep Open Store
Inovasi one-click purchase Tetama dan Vmedis membantu apotek dan klinik untuk memenuhi permintaan ketersediaan obat secara instan dan akurat. Mereka dapat mengisi stok produk dari berbagai manufaktur lebih mudah tanpa perlu membuat banyak surat pemesanan.
"Dengan memanfaatkan platform digital Tetama, apotek bisa mendapatkan diskon harga obat dari PBF/prinsipal. Dengan teknologi digital API Tetama memudahkan manajemen stok obat dengan cukup mengeklik di software Tetama," ungkap Ahmad Siddiq, CEO Vmedis dalam paparan kepada media di Jakarta, Kamis (14/10/2023).
Dia menjelaskan, Tetama dan VMedis menyediakan inventory lebih dari 7000 produk obat. Apotek dapat mengakses berbagai jenis obat dari berbagai merek dengan mudah.
Selain itu platform pemesanan obat yang disediakan Vmedis bersama Tetama juga memudahkan apotek menemukan produk obat alternatif ketika produk obat yang diinginkan sedang tidak ada.
Selain itu, juga memungkinkan apotek mendapatkan diskon harga produk obat. "Hampir semua produk obat yang kita tawarkan ke apotek melalui Vmedis ini memberikan diskon harga," ujar Ahmd Siddiq.
Dia mengingatkan kepada para pemilik apotek, tetap mempertahankan metode pemesanan manual atau offline membuat manajemen stok obat mereka menjadi tidak rapi dan kurang efisieni.
"Pasien butuh obat segera tapi stok obatnya sedang tidak ada atau bahkan habis karena apotek harus kontak satu per satu ke distributor obat," bebernya.
Selain itu, metode pemesanan obat via offline juga membuat obat yang diterima oleh apotek dari distributor/PBF tak sesuai dengan yang dipesan.