Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent yang diperdagangkan di pasar New York Mercantile Exchange kompak turun harga, Senin (16/10/2023).
Mengutip data Reuters, harga minyak mentah WTI di kilang minyak AS turun 41 sen, atau 0,5 persen ke kisaran 87,28 dolar AS per barel.
Penurunan serupa juga terjadi pada perdagangan minyak mentah berjangka jenis Brent yang anjlok 34 sen atau 0,4 persen ke level 90,55 dolar AS per barel.
Anjloknya kedua benchmark ini lantas menjadi angin segar bagi para investor pasar global, mengingat pada pekan sebelumnya WTI dan Brent sempat mengalami lonjakan harga sebesar 6 persen, hingga tembus ke level tertinggi dalam 10 bulan terakhir.
Penurunan harga tersebut menunjukkan tren sentimen negatif konflik Israel-Hamas hanya berdampak kecil pada pasokan minyak dan gas global.
Hal ini juga karena Israel bukanlah produsen besar minyak mentah.
Meski begitu, investor dan pengamat terus mengkaji kemungkinan naiknya tensi konflik serta dampak terhadap pasokan minyak dari negara-negara di sekitar lantaran situasi perang di Timur Tengah telah memicu gagalnya pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Tel Aviv.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Melonjak Hampir 6 Persen Imbas Konflik Hamas-Israel
Berbanding terbalik dengan harga minyak, perdagangan emas dunia justru mencatatkan lonjakan lebih dari 3 persen, jadi yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir karena dampak dari meningkatnya konflik di Timur Tengah antara Israel dan Hamas Palestina.
Baca juga: Menteri ESDM Was-was Harga Minyak Mentah Meroet karena Konflik Israel-Palestina
Kenaikan harga emas pada awal pekan ini yakni naik 3,24 persen ke level 1.929,2194 dolar AS per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS melonjak 3,1 persen ke kisaran 1.941,50 dolar AS.
“Investor beralih ke aset-aset yang lebih aman seperti emas, karena meningkatnya risiko ketegangan di Timur Tengah. Bila situasi geopolitik semakin suram, ada kemungkinan besar harga emas bisa mencapai level USD 2.000 tahun ini.” kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di OANDA.