Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak mentah dilaporkan anjlok setelah mencatatkan kenaikan di perdagangan sebelumnya, pelemahan terjadi usai investor fokus pada perkiraan pasokan yang melimpah di tengah sepinya permintaan pasar.
Mengutip data Reuters, harga minyak mentah jenis Brent turun 11 sen, atau 0,15 persen, menjadi 73,41 dolar AS per barel. Disusul penurunan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS yang ikut amblas 27 sen, atau 0,38 persen menjadi 70,02 dolar AS pada perdagangan Jumat (13/12/2024).
Baca juga: Harga Minyak Dunia Memanas, Melonjak ke Level Tertinggi Buntut Perang Rusia
Merosotnya harga minyak terjadi setelah Badan Energi Internasional merevisi prospek pasokan minyak dunia dari negara-negara non-OPEC+ seperti AS, Kanada, Guyana, Brasil, dan Argentina yang akan meningkatkan cadangan minyak sekitar 1,5 juta barel per hari (bph) tahun depan,
Dengan dorongan ini, pasokan minyak di pasar global diproyeksi lampaui perkiraan pertumbuhan permintaan sebesar 1,1 juta bph, lebih tinggi dari perkiraan bulan lalu yang hanya dipatok 990 ribu bph.
"Kami telah melihat sedikit pemulihan dalam margin kilang sejak titik terendah bulan September, tetapi menurut kami itu bukan sesuatu yang dapat membenarkan volume impor minyak mentah bulan November," kata Warren Patterson, kepala penelitian komoditas ING.
Senada dengan proyeksi Badan Energi Internasional, Tiga produsen minyak terbesar Kanada memperkirakan produksi yang lebih tinggi pada 2025. Sementara Goldman Sachs memperkirakan produksi minyak serpih akan tumbuh sebesar 600 ribu barel per hari pada 2025.
Akan tetapi lonjakan pasokan terjadi disaat permintaan minyak dunia mengalami penurunan, prospek ini kemudian membebani sentiment, hingga mendorong penurunan harga minyak lebih dari 10 persen pada tahun depan.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok, Diobral Murah Jadi 67 Dolar AS Gegara Prospek Permintaan China yang Suram
Para analis memperkirakan minyak mentah WTI akan mencapai rata-rata 61 dolar AS per barel tahun depan, sementara Brent dibanderol di kisaran 65 dolar AS per barel.
“Mengingat narasi kelebihan pasokan untuk 2025, sulit untuk membangun tren bullish untuk harga minyak,” kata para analis, menambahkan OPEC+.