Faisal lebih menyarankan, agar proyek ini dapat dibangun dengan rute baru yakni Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Alias, tidak melanjutkan rute yang sudah ada dari Bandung.
Diketahui, Pemerintah kini berencana melanjutkan proyek Jakarta-Bandung hingga ke Surabaya. Tepatnya melalui jalur selatan, yakni dengan rute Bandung kemudian menuju ke arah Yogyakarta, Solo dan kemudian berakhir di Surabaya.
"Kalau ingin dibangun yaudah, bangun trase baru. (Rute selatan) enggak ada daya belinya. Kan efisien Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, di situ ada peluang," ucap Faisal.
Alasannya, proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya disinyalir akan jauh lebih efisien secara nilai dan juga menjanjikan. Berdasarkan hitung-hitungan Faisal, jarak garis lurus Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya hanya 663 kilometer. Jauh lebih pendek jika dibandingkan dengan rute selatan yang diwacanakan.
Hal ini tentunya juga akan lebih dapat menekan biaya pembangunan.
Selain itu, apabila Whoosh dapat melaju 350 kilometer per jam, maka Jakarta-Surabaya hanya dapat ditempuh sekitar 2,5 Jam.
Waktu tempuh ini jauh lebih efisien dibandingkan moda transportasi mobil maupun KA Argo Bromo Anggrek Gambir-Pasar Turi yang memakan waktu tempuh 8,5 jam.
Faisal juga tak mempersalahkan jika Indonesia kembali bermitra dengan China dalam membangun kereta cepat.
Namun yang terpenting, Pemerintah dapat menghitung biaya proyek dan harga tiket secara kompetitif.
"Jalur utara itu rata jadi lebih feasible buat kereta cepat," ucap Faisal.
"Saya menilai enggak masalah (kerjasama) dengan China, masalahnya kita sadar apa enggak manfaatnya, harga kompetitif," pungkasnya.