News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Laju Ekonomi Asia-Pasifik Tahun Ini Melambat 4,6 persen, IMF: China Jadi Penyebabnya

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dana Moneter Internasional (IMF)

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah Asia – Pasifik akan turun jadi 4,6 persen selama tahun 2023. Angka tersebut berbanding terbalik dengan prediksi awal IMF yang saat itu mematok ekonomi Asia – Pasifik di level 5 persen.

Dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific yang di kutip Channel News Asia, dijelaskan penurunan ini terjadi dampak dari ekonomi Tiongkok yang belakangan mengalami perlambatan akibat tingginya angka pengangguran kaum muda.

Kondisi tersebut diperparah dengan rendahnya investasi asing, dan anjloknya perdagangan ekspor - impor. Serangkaian tekanan ini yang membuat ekonomi China dilanda kontraksi hingga produk domestik bruto (PDB) turun sebanyak 1,6 persen.

“Di Tiongkok, pemulihan mulai melemah, dengan indeks manajer pembelian manufaktur memasuki wilayah kontraksi dari bulan April hingga Agustus, diperparah dengan anjloknya sektor real estate semakin melemah,” kata laporan IMF.

Sebelum mengalami kontraksi pemerintah China diketahui telah berulang kali melakukan stimulasi, termasuk meluncurkan langkah-langkah untuk meningkatkan momentum pembangunan ekonomi, mengoptimalkan struktur ekonomi.

Sayangnya cara tersebut belum cukup mampu untuk dan mendorong pemulihan yang berkelanjutan. Hal ini yang dikhawatirkan dapat berdampak signifikan terhadap perekonomian dunia. Mengingat China sendiri merupakan salah satu pusat pasar global yang sangat berpengaruh bagi ekonomi dunia.

“Dibukanya kembali perekonomian China memberikan dorongan pada sektor jasa dan penjualan ritel seperti yang dialami negara-negara lain. Namun, keuntungan dari sektor manufaktur terbukti tidak bertahan lama. Hal ini berpotensi menempatkan tekanan bagi perekonomian Asia,” jelas Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, Krishna Srinivasan dalam konferensi pada Rabu (18/10/23).

Mencegah terjadinya penurunan output lebih lanjut, untuk saat ini MF menyarankan para pemimpin negara untuk kompak melakukan penguatan kerjasama multilateral dan mitigasi dampak fragmentasi.

Semetara untuk bank-bank sentral di kawasan Asia diminta untuk terus berhati-hati terhadap pelonggaran kebijakan moneter. Karena kondisi moneter yang ketat dapat memberikan tekanan pada stabilitas keuangan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini