Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan strategi Indonesia agar lepas dari middle income trap atau jebakan pendapatan kelas menengah, hingga menjadi negara berpendapatan tinggi.
Middle income trap merupakan suatu keadaan ketika negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
Menurut Suharso, pemerintah tengah berupaya untuk lepas dari jeratan itu.
Baca juga: Jokowi Sebut Presiden Tiga Periode Mendatang Menentukan Indonesia Jadi Negara Maju
"Kita menghitung potensi Indonesia untuk bisa menjadi sebuah negara besar. Yang kalau didefinisikan menjadi negara dengan tingkat pendapatan sesuai dengan (negara) high economy (berpendapatan tinggi, -red)," ujarnya di Jakarta, Kamis (19/10/2023).
Setelah bertahun-tahun Indonesia menjadi negara dengan klasifikasi middle income, pada tahun 2020 Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia berhasil menembus angka di atas 4.000 Dolar AS dan menjadi negara dengan klasifikasi upper middle income.
"Meski masih di angka sedikit kira-kira bedanya 200 USD per kapita. Antara 4.500 USD - 4.700 USD. Tetapi high economy itu juga naik sekarang ke 13.200-an USD per kapita. Jadi China yang harusnya sudah masuk high economy awalnya, sekarang dia kembali upper middle income. Dia sekarang 12.000-an USD," tutur Suharso.
Agar Indonesia terlepas dari jeratan middle income trap, ucap Suharso, pada 2045 GNI Indonesia harus bisa menembus 20.000 USD per kapita.
Karena diprediksi pada 2045, graduasi untuk jadi negara berpendapatan tinggi, GNI naik dari 12.000 USD menjadi 18.000 USD per kapita.
"Jadi (GNI) kita harus di atas 18.000 USD per kapita minimal. Baru kita lolos," imbuh Suharso.
Suharso mengatakan, saat ini pendapatan Indonesia 4.700 USD per kapita. Diklaimnya sebagai sebuah pencapaian yang baik. Pemerintah menargetkan ada peningkatan pada 2024 mendatang.
"Kita punya potensi, mudah-mudahan tahun depan kita bisa di 5.000-an USD lebih. Proyeksi kami di 5.500 USD. Jadi kalau mau naik di 20.000-30.000 USD (2045), empat kali lipat harusnya bisa kita capai," imbuh Suharso.