News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Risalah Suku Bunga The Fed Picu Kontraksi, Bursa Saham Wall Street Kompak Anjlok

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Wall Street

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON -  Sejumlah  saham di bursa Wall Street dilaporkan turun, usai Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberikan isyarat terkait rencana kenaikan suku bunga pada pertemuan selanjutnya.

Dalam pertemuan acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, Powell menjelaskan adanya kemungkinan terkait kenaikan suku bunga sebesar 525 bps menjadi 5,25-5,5 persen.

Risalah ini dilontarkan Powell lantaran laju inflasi AS mengalami lonjakan sebesar 3,7 persen (year on year/yoy), menjauhi target awal  The Fed yang dipatok di level 2 persen.

Baca juga: Bank Indonesia: Suku Bunga Acuan Naik 25 Basis Poin Jadi 6 Persen

Tak hanya itu, Powell juga menjelaskan bahwa hasil kinerja keuangan dan imbal hasil (yield) Treasury tenor 10 tahun mengalami lonjakan hingga menyentuh angka 5 persen. Alhasil kenaikan tersebut memberikan tekanan pada ekuitas dan berpotensi memicu kenaikan trend inflasi yang lebih tinggi.

Kondisi tersebut kian diperparah usai tingkat pengangguran di negeri paman Sam  naik dikisaran level 3,6 persen. Serangkaian tekanan ini yang kemudian membuat para investor berspekulasi bahwa dalam pertemuan di bulan selanjutnya The Fed akan kembali memperketat kebijakan moneternya dengan mengerek naik suku bunga  dalam jangka yang lebih lama.

Proyeksi ini diperkuat lantaran selama beberapa kali Powell mengisyaratkan para gubernur bank sentral AS untuk mengambil kebijakan pengetatan dengan hati-hati setelah kenaikan suku bunga yang agresif tahun lalu.

“Pasar mengindikasikan bahwa The Fed akan menghentikan sementara kenaikan suku bunganya, dan dia secara efektif mengisyaratkan gagasan bahwa mereka harus menaikkan suku bunga lagi jika mereka terus meningkatkan kekhawatiran terhadap inflasi,” kata Oliver Pursche, wakil presiden senior, penasihat Wealthspire Advisors di Westport, Connecticut.

Pasar Saham Wall Street Anjlok

Kendati kenaikan suku bunga dapat menstabilkan harga pasar, namun cara ini akan membuat pembiayaan anggaran yang dikeluarkan suatu negara membengkakan, tak hanya itu kenaikan suku bunga juga dapat memicu pelemahan mata uang yang berbahaya bagi keseimbangan ekonomi suatu negara.

Kekhawatiran ini yang kemudian membuat para investor melakukan aksi jual sehingga pasar saham mengalami mengalami penurunan secara cepat. 

Diantaranya seperti sektor Dow Jones Industrial Average (.DJI) yang turun 250,91 poin, atau 0,75 persen menjadi 33.414,17, kemudian S&P 500 (.SPX) susut 36,6 poin, atau 0,85 persen, menjadi 4.278.

Diikuti penurunan saham Nasdaq Composite (.IXIC) yang turun 128,13 poin, atau 0,96 persen menjadi 13.186,18, pada perdagangan Jumat (20/10/2023).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini