Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wahana wisata berupa jembatan kaca di Banyumas mengalami insiden pecah kaca dan memakan korban jiwa.
Jembatan kaca yang berada di kawasan objek wisata Hutan Pinus Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pecah saat digunakan untuk berswafoto wisatawan pada Rabu (25/10/2023) siang.
Insiden tersebut membuat empat wisatawan yang tengah berfoto di atasnya pun terjatuh ke tanah yang ada di bawahnya. Dari empat korban, salah satunya meninggal dunia.
Baca juga: Dampak Pengunjung Tewas di Wisata The Geong, 5 Jembatan Kaca di Banyumas Ditutup
Hal tersebut tentunya langsung menjadi sorotan masyarakat.
Pengamat Pariwisata yang juga sekaligus Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman, Chusmeru mengungkapkan, wisata luar ruang (outdoor) seperti wahana jembatan kaca memang rawan terjadi kecelakaan.
Hal ini dikarenakan sulit untuk dilakukan pengawasan kepada wisatawan.
"Secara umum ada 4 faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam pariwisata," ucap Chusmeru kepada Tribunnews, Jumat (27/10/2023).
"Pertama, faktor alam dan cuaca. Contohnya hujan badai, petir, banjir, tanah longsor, puting beliung, gempa bumi dan sebagainya," sambungnya.
Kedua, faktor sarana dan prasarana wahana wisata. Misal, konstruksi wahana yang jelek, keropos, maupun tidak sesuai standar.
Ketiga, faktor pengelola yang tidak profesional dalam mengelola wahana.
"Tidak ada standard operating procedure (SOP) yang jelas. Tidak melakukan pengawasan kepada wisatawan serta tidak secara rutin melakukan pengecekan terhadap wahana," papar Chusmeru.
Dan faktor yang keempat adalah faktor pengunjung atau wisatawan yang lengah dan lalai dalam berwisata. Kadang wisatawan abai terhadap rambu-rambu yang dipasang.
Chusmeru kembali mengatakan, mestinya jembatan kaca di Limpakuwus Banyumas memperhatikan faktor keamanan wisatawan dengan uji laboratorium atau uji kelayakan.
Baca juga: Viral Jembatan Kaca di Banyumas Pecah hingga Memakan Korban, Polisi: Tidak Ada Uji Kelaikan
Uji kelayakan yang dimaksud menyangkut aspek konstruksi jembatan, ketebalan kaca, kontur tanah, dan daya tampung maksimal pengunjung.
"Jangan sampai jembatan kaca mudah pecah atau roboh menanggung beban pengunjung. Sangat disayangkan jika wahana tersebut belum lolos atau belum memiliki uji kelayakan operasional," bebernya.
Semua Wahana Jembatan Kaca di Indonesia Perlu Dievaluasi
Chusmeru kembali mengatakan, Pemerintah Daerah dan Pusat perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap wahana wisata luar ruang.
Setiap wahana wisata diwajibkan untuk melakukan studi kelayakan sebelum membuka usaha wahana wisata.
Studi kelayakan melibatkan berbagai ahli seperti di bidang konstruksi, lingkungan, hingga pariwisata.
"Perlu juga diterapkan syarat sertifikasi bagi wahana wisata. Sertifikasi khususnya berkaitan dengan faktor keamanan dan keselamatan. Jika tidak lolos sertifikasi sebaiknya wahana tersebut ditutup," papar Chusmeru.
"Menghimbau kepada wisatawan untuk memperhatikan kelayakan wahana sebelum mengunjunginya. Jangan memaksakan diri mengunjungi jembatan kaca jika sudah penuh pengunjung," pungkasnya.